Proporsional Terbuka Disebut Buat Pemilih Tergantung Figur Populer hingga Materi

Rabu, 4 Januari 2023 – 17:42 WIB

VIVA Politik – Perdebatan sistem pemilu apakah tetap proporsional terbuka seperti sekarang, atau kembali ke proporsional tertutup, kembali mengemuka. Pada proporsional terbuka, rakyat memilih caleg. Sedangkan proporsional tertutup, yang dipilih adalah partai dan caleg terpilih adalah berdasarkan nomor urut teratas.

Bacaan Lainnya

Pakar Hukum Tata Negara Universitas Sebelas Maret (UNS), Agus Riewanto, menyoroti 2 kelemahan sistem proporsional terbuka. Itu berdasar dari evaluasi Pemilu 2009, 2014, dan 2019. Sistem pemilu pada pemilu-pemilu itu sudah proporsional terbuka.

“Pertama, melemahkan identifikasi diri dengan partai atau Party-ID. Party-ID merupakan perasaan seseorang bahwa partai tertentu adalah identitas politiknya. Party-ID ini merupakan komponen psikologis yang akan memberikan sumbangan bagi stabilitas dukungan terhadap partai dan sistem kepartaian yang bisa memperkuat demokrasi,” ujar Agus saat dihubungi, Rabu 4 Januari 2023.

Dia melandaskan itu dari hasil survei Indokator pada Februari 2021. Bahwa party identity masyarakat Indonesia sangat rendah. Dimana 92,3 persen dari 1.200 responden yang tersebar di seluruh Indonesia, mengaku tak ada kedekatan dengan partai politik tertentu.

Menurut dia, hasil ini menunjukkan rendahnya sentimen publik terhadap partai. Sebaliknya kata dia, jika sentimen itu baik maka pemilih akan merasa diwakili oleh partai.

Survei lain juga menurut dia, bahwa 67,3 persen pemilih tidak terikat dengan partai politik tertentu atau party ID. Sementara pemilih yang menyatakan ada ikatan Party-ID hanya 23,8 persen.

Persoalan kedua menurut dia, sistem proporsional terbuka adalah melahirkan fenomena antipartai politik atau deparpolisasi. Menurutnya, ini memberi dampak yang buruk bagi demokrasi.

Halaman Selanjutnya

“Terjadi perubahan pilihan pemilih dari satu partai politik ke partai politik lain, dari satu pemilu ke pemilu selanjutnya (electoral volatility). Sehingga pemilu menghasilkan perubahan dramatis yang ditandai naik-turunnya dukungan pemilih terhadap partai layaknya roller coaster,” ujar Agus.

img_title

source

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *