Banda Aceh|BidikIndonesia.com- Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA) menyatakan, Aceh saat ini masih memiliki setidaknya empat wilayah kerja (WK) atau blok migas yang statusnya open area dan siap ditawarkan kepada investor untuk digarap.
Potensi migas Aceh dinilai masih cukup menjanjikan.
“Ada beberapa WK yang open area.
Saat ini yang sedang dilakukan joint study area adalah Meuseuraya, itu penggabungan blok SBA dan Meuligoe” ujar Kepala BPMA, Nasri Jalal.
Empat WK atau blok migas tersebut adalah WK Meuseuraya yang berada di Aceh Timur Langsa, lalu ada Arakundo yang berada offshore di lepas pantai timur utara, Seuramoe yang juga dilepas pantai timur utara, dan WK Pasee/Lhokseumawe yang berada di lepas pantai Lhokseumawe.
Blok terakhir ini, sebelumnya sempat dilakukan study oleh perusahaan asal Belanda, Zaratex.
Nasri mengatakan, mereka sedang berupaya menarik minat investor untuk masuk ke WK yang tersedia di Aceh tersebut.
Hal itu sebagai upaya membangkitkan kejayaan migas Aceh.
Kata Nasri, saat ini beberapa sumur yang ada di Blok A dan Blok B sudah sangat tua.
Sehingga Aceh membutuhkan eksplorasi sumber-sumber baru.
“Beberapa sumur di blok A dan blok B sudah sangat tua, ada yang 40 tahun sudah,” ungkapnya.
Selain itu, saat ini juga terdapat tiga WK di Aceh yang sedang dalam tahapan eksplorasi atau pencarian sumber migas.
Yaitu blok Bireuen Sigli yang digarap oleh Aceh Energy, yang merupakan anak perusahaan dari Energi Mega Persada (EMP), emite dari Grup Bakrie.
Kemudian ada Blok Meulaboh (Offshore North West Aceh) dan Blok Singkil (Offshore South West Aceh).
Di kedua lokasi ini akan dilakukan eksplorasi oleh Conrad Asia Energy Ltd, perusahaan migas dari Singapura.
Nasri mengatakan, ada satu hal lagi yang menggembirakan bagi Aceh, Pemerintah pusat telah memberi izin kepada BPMA untuk terlibat dalam area migas di lepas pantai 12 mil laut.
Untuk diketahui, di lepas pantai Aceh saat ini sudah ditemukan gas dalam jumlah besar oleh perusahaan asal Uni Emirat Arab, Mubadala Energy dan perusahaan asal Inggris, Harbour Energy.
Namun kedua perusahaan itu belum mengajukan rencana produksi.
Sementara Wakil Kepala BPMA, Nizar Saputra mengatakan, selain blok migas, BPMA juga sedang gencar menawarkan proyek Carbon Capture and Storage (CCS) atau bisnis penangkapan dan penyimpan karbon.
Kata Nizar, mereka ingin menawarkan Lapangan Arun yang sangat potensial untuk digarap.
Proyek CCS merupakan upaya Indonesia untuk mengurangi emisi karbon Co2. Terbaru, di IPA Convex mereka bertemu pihak Perusahan migas asal Jepang, Japan Petroleum Exploration Co, Ltd (Japex) membahas potensi CCS di Arun.