Workshop Rapa’i Uroh: Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe Lestarikan Seni Tradisi

Workshop Rapa’i Uroh: Upaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe Lestarikan Seni Tradisi

Workshop Rapa’i Uroh bagi pelaku seni dan budaya di Kota Lhokseumawe, mulai 29 hingga 30 April 2025, bertempat di Museum Kota Lhokseumawe, Selasa, 29 April 2025. Foto: Dok bidik indonesia

LHOKSEUMAWE | bidikindonesia.com, Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe menggelar workshop Rapa’i Uroh bagi pelaku seni dan budaya di Kota Lhokseumawe. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, mulai 29 hingga 30 April 2025, bertempat di Museum Kota Lhokseumawe, dengan mengusung tema: “Jaga Tradisi, Lestarikan Budaya.”

Workshop ini diselenggarakan oleh tujuh orang panitia dengan menghadirkan 4 Narasumber yaitu: Usman, Isfikar, Junaidi hasballah, Dr.raisatul gebrina, yang diikuti oleh sekitar 50 peserta yang terdiri dari seniman, pelaku budaya, serta generasi muda yang memiliki ketertarikan terhadap kesenian tradisional Aceh, khususnya Rapa’i Uroh. Kegiatan ini turut menghadirkan empat narasumber dari kalangan sesepuh Rapa’i Uroh di Kota Lhokseumawe yang membagikan ilmu, pengalaman, serta praktik langsung tentang kesenian tersebut.

Plt. Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, Dedi Irfansyah, ST, MT, melalui Kepala Bidang Kebudayaan, Asep Rahmat Mulyana, S.Sos, dalam keterangannya menyampaikan bahwa workshop ini merupakan bagian dari upaya pelestarian seni tradisi daerah agar tidak punah dan tetap dicintai oleh generasi muda.

“Rapa’i Uroh merupakan bagian penting dari kekayaan budaya Aceh. Melalui workshop ini, kami berharap dapat menumbuhkan kembali minat masyarakat, khususnya anak muda, terhadap seni tradisional yang mulai jarang ditampilkan. Ini adalah bentuk nyata komitmen pemerintah dalam menjaga dan melestarikan warisan budaya,” ujar Asep.

Bacaan Lainnya

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan seperti ini akan terus digelar secara berkala sebagai bentuk dukungan terhadap komunitas seni budaya di Lhokseumawe serta untuk memperkuat identitas kultural daerah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *