Sabang|BididkIndonesia.com – Distribusi gas elpiji 3 kilogram di Kota Sabang kian menuai keluhan.
Selain stok terbatas, lokasi pangkalann gas di sabang yang berjauhan dari permukiman membuat akses masyarakat semakin sulit.
Warga mendesak pemerintah segera membuka pangkalan di setiap jurong untuk mempermudah akses dan menghindari penumpukan antrean.
Di sisi lain, ditemukan warung – warung nonresmi yang menjual gas dengan harga jauh di atas ketentuan, bahkan mencapai Rp50 ribu per tabung.
Situasi ini menimbulkan kecurigaan adanya penyimpangan dalam rantai distribusi gas subsidi ini.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa salah satu pangkalan resmi yang berada di kawasan SPBU Bay Pass harus melayani tiga jurong sekaligus yakni Dapu Bata, Tanoh Buju, dan Jurong Mulia.
Kondisi ini menyulitkan warga, terutama lansia dan ibu rumah tangga, yang harus menempuh jarak sangat jauh sambil membawa tabung kosong.
“Pangkalan terlalu jauh, kami harus bepergian lumayan jauh hanya untuk satu tabung gas. Kalau pas kehabisan, pulang dengan tangan kosong, pasti sangat kecewa,” keluh Novi, warga Jurong Dapu Bata, Minggu (15/6/2025).
Melihat realita tersebut, warga meminta agar setiap jurong memiliki pangkalan sendiri.
Langkah ini dinilai akan memecah beban antrean dan memastikan distribusi gas lebih merata serta mudah dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Kalau satu pangkalan untuk tiga jurong, pasti tidak cukup. Harus ada pemerataan. Kami harap pemerintah bisa membuka pangkalan baru di setiap jurong,” tambahnya.
Di tengah kesulitan warga memperoleh gas dari pangkalan resmi, warung – warung kecil justru terlihat menjual gas secara bebas dalam jumlah besar dan dengan harga selangit, mencapai Rp40.000 hingga Rp50.000 per tabung.
Kondisi ini menyulitkan warga, terutama lansia dan ibu rumah tangga, yang harus menempuh jarak sangat jauh sambil membawa tabung kosong.
“Pangkalan terlalu jauh, kami harus bepergian lumayan jauh hanya untuk satu tabung gas. Kalau pas kehabisan, pulang dengan tangan kosong, pasti sangat kecewa,” keluh Novi, warga Jurong Dapu Bata, Minggu (15/6/2025).
Melihat realita tersebut, warga meminta agar setiap jurong memiliki pangkalan sendiri.
Langkah ini dinilai akan memecah beban antrean dan memastikan distribusi gas lebih merata serta mudah dijangkau seluruh lapisan masyarakat.
“Kalau satu pangkalan untuk tiga jurong, pasti tidak cukup. Harus ada pemerataan. Kami harap pemerintah bisa membuka pangkalan baru di setiap jurong,” tambahnya.
Di tengah kesulitan warga memperoleh gas dari pangkalan resmi, warung – warung kecil justru terlihat menjual gas secara bebas dalam jumlah besar dan dengan harga selangit, mencapai Rp40.000 hingga Rp50.000 per tabung.
“Warung – warung ini bukan pangkalan, tapi bisa jual gas banyak. Ini menyalahi aturan. Seharusnya gas subsidi tidak dijual bebas seperti itu,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Warga mendesak agar pemerintah bersama aparat kepolisian menindak tegas warung-warung yang menjual gas bersubsidi melebihi harga eceran tertinggi (HET).
Permasalahan gas 3 Kg di sabang bukan hanya soal pasokan, tetapi lebih pada persoalan aksesibilitas, pemerataan, dan pengawasan distribusi.
Ketidakseimbangan antara jumlah pangkalan dan sebaran penduduk menyebabkan anomali, di mana warga kesulitan mendapat gas resmi, sementara pengecer liar justru leluasa berjualan.
Masyarakat menilai penataan ulang distribusi sangat diperlukan, termasuk membuka pangkalan baru, memperjelas kuota, serta mengusut dugaan penyimpangan yang menyebabkan gas bersubsidi jatuh ke tangan yang tidak berhak. (*)