Aceh Besar | BidikIndonesia – PERSAINGAN politik perebutan kekuasaan Aceh Besar satu semakin menarik dan sangat dinamis. Ada empat pasangan calon yang akan bersaing dan bertanding merebut hati rakyat Aceh Besar. Keempat pasangan calon tidak asing lagi dalam kancah perpolitikan Aceh Besar, yang sudah dikenal luas oleh masyarakat.
Keempat pasangan calon bupati dan wakil bupati adalah Muharram Idris dan Syukri A. Jalil yang maju melalui jalur perseorangan, kemudian ada Paslon Musannif-Sanusi Hasyim yang diusung lima partai politik yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Gelora Indonesia, Partai Golkar, Partai Adil Sejahtera dan Partai Geunerasi Atjeh Beusaboh Thaat dan Taqwa (Gabthat).
Ketiga ada Paslon Mukhlis Basyah – Tgk M Jazuli yang diusung oleh 15 partai kualisi diantaranya Partai Aceh, Nasdem, Demokrat, PPP, PBB, PDA, PNA, Gerindra, Hanura, PDIP, SIRA, Garuda, Buruh, PSI, PKM dan Partai Umat, serta Mawardi Ali dan Irawan Abdullah yang diusung PAN dan PKS.
Empat pasangan calon bupati-wakil bupati Aceh Besar periode 2024-2029 itu sudah mendaftar, melakukan pemeriksaan kesehatan, uji baca Al-Quran, dan tinggal beberapa tahapan lagi untuk ditetapkan oleh KIP Aceh Besar hingga sampai masa kampanye dan pemilihan.
Konsolidasi politik, membangun koalisi hingga sowan ke kelompok masyarakat sampai ke basisnya di gampong-gampong untuk memperkenalkan pasangan calon bupati dan wakil bupati Aceh Besar Pilkada November 2024 nanti.
Keempat pasangan calon tersebut punya basis dan pengaruh yang sangat kuat pada kelompok-kelompok masyarakat bawah. Pertarungan politik perebutan kekuasaan bupati Aceh Besar Pilkada ini menarik untuk menelisik kekuatan dan dukungan keempat pasangan calon bupati dan wakil bupati Aceh Besar.
Peluang menang pasti punya peluang yang sama keempat pasangan calon, tetapi harus di dukung dengan modal politik, modal sosial, modal budaya dan modal ekonomi, memudahkan mesin politik dan kelembagaan politik mempengaruhi menguasai kelompok masyarakat di Aceh Besar.
Mukhlis Basyah atau akrab disapa Aduen Mukhlis misalnya adalah mantan GAM yang pernah menjabat sebagai bupati, yang diusung Partai Aceh berkoalisi dengan partai lainnya secara basis tidak diragukan, termasuk konsolidasi, sowan hingga mobilisasi massa patut diperhitungkan, namun perlu juga diwaspadai koleganya yang juga berasal dari GAM yaitu pasangan calon bupati -wakil bupati Muharam Idris-Syukri.
Dimana, Muharam Idris adalah mantan panglima GAM Aceh Rayeuk, sudah pasti punya basis yang kuat hingga kemasyarakat bawah. Pengaruh Muharam sedikitnya merepotkan Aduen Mukhlis dalam mempengaruhi basis yang sama yaitu simpatisan eks GAM, dan basis-basisnya.
Secara kelembagaan politik Aduen Mukhlis diuntungkan dengan diusung PA, dengan koalisi bersama Parlok dan Parnas lainnya beserta anderbonya, kelembagaan politik memudahkan mengerakan mesin politik dan basis-basis arus bawah.
Ini tidak dimiliki pasangan calon Muharam Idris, jalur Indenpenden harus kuat dengan modal politik dan modal ekonomi agar mesin politik bisa digerakan dengan masif mempengaruhi kelompok masyarakat sampai kebawah, dalam kurun waktu dua bulan terakhir memang pangaruh Muharam dengan dukungan mantan kombatan dan basisnya tidak bisa dianggap enteng. pergerakan dukungan masyarakat sangat masif.
Persaingan dua mantan kombatan, menguntungkan pasangan calon bupati dan wakil bupati Musanif-Sanusi Hasyim dan pasangan calon Mawardi Ali-Irawan Abdullah, tinggal bagaimana keduanya memainkan peran politik memanfaatkan peluang dalam merebut basis dari kelompok-kelompok masyarakat lainnya.
Pasangan calon bupati Musanif tak asing lagi, beliau adalah sorang politisi, pernah di anggota DPRK Aceh Besar dan anggota DPRA, pasti punya basis pada kelompok masyarakat, dayah, hingga masyarakat bawah, selain dukungan kelembagaan politik PKB dan koalisi partai lainnya.
Musanif sudah sangat berpengalaman dalam politik, beliau bukan orang baru, sudah sangat berpengalaman sebagai seorang politisi. Sàat ini konsolidasi dan sowan ke kelompok masyarakah begitu masif, namun kami melihat belum semasif Adun Mukhlis dan Muharam Idris.
Sama halnya Pasangan calon bupati dan wakil bupati Mawardi Ali – Irawan Abdullah tidak asing bagi masyarakat Aceh Besar, artinya pasangaan ini diusung PAN dan PKS tidak bisa dianggap remeh, Mawardi Ali adalah seorang politisi yang sudah berpengalaman, Ketua DPW PAN Aceh dan bupati Aceh Besar periode 2017-2022.
Punya basis kelompok masyarakat sampai ke gampong-gampong, selain dukungan kelembagaan politik, Mawardi dilingkarannya punya mesin politik yang sudah teruji, artinya basis dukungan menjadi modal, tinggal bagaimana selanjutnya mengerakan mesin politik, kelembagaan politik, modal politik, modal ekonomi tidak diragukan lagi termasuk mesin politik PAN Aceh Besar sangat teruji. PAN sebagai pemenang pileg 2024 dengan 8 kursi ditambah PKS adalah sebagai modal politik menjadi kekuatan yang akan diperhitungkan tiga oasangan calon bupati lainnya.
Untuk saat ini, pasangan Mawardi Ali – Irawan Abdullah sepertinya pergerakan politiknya masih sayap, terkesan tidak bergerak, namun perlu diwaspadai tiga calon bupati lainnya. PAN dan PKS punya kader dan mesin politik berpengalaman dan teruji serta militan.
Keempat pasangan calon bupati-wakil bupati Aceh Besar tinggal memainkan gagasan, visi dan program 5 tahun kedepan Aceh Besar mau dijadikan apa, masalah selama ini bagaimana solusinya dan program apa menyelesaikan masalah masyarakat Aceh Besar 5 tahun kedepan menjadi lebih baik.
Gagasan dan program sangat penting mempengaruhi pemilih apalagi pemilih pemula dan pemilih rasional. Bila ini bisa lakukan diantara empat pasangan calon bisa dipastikan akan memenangkan pertarungan perebutan kursi kekuasaan Aceh Besar satu.
Perang gagasan sangat penting, apalagi Aceh Besar punya sumber daya alam yang melimpah, dan indah tinggal bagaimana SDA yang ada bisa dikelola menghasilkan PAD, membuka lapangan kerja dan menurunkan angka kemiskinan.
Slogan, gagasan dan program dalam kampanye akan disampaikan, akan dijual ke pemilih, berharap program yang dijual ke pemilih tidak hanya dalam bentuk harapan, dan menjadi realita dalam pembangunan. Sudah menjadi kebiasaan para calon menjual gagasan dan program kadang kala tanpa kajian dan analisis yang akhirnya banyak janji program saat terpilih masuk angin tak bisa dijalankan.
Bukan juga gagasan, visi dan program seperti kucing dalam karung, “hanya haba mangat, lumpo yang raya, tapi tak kuasa untuk ditepati”.
Keempat pasangan calon bupati dan wakil bupati sudah dipastikan dekat dengan ulama, paham agama, malah ada dari unsur ulama, seyogyanya apa yang dijanjikan ke rakyat Aceh Besar harus direalisasi, bila tidak akan mengkhianati rakyat dan pemilih.Itu dosa besar.[KontrasAceh]