Lampung Utara, Bidikindonesia,- Kantor Satlak UPTD Wilayah III PSDA Provinsi Lampung yang berada di Tata Karya Kabupaten Lampung Utara kini nampaknya semakin kokoh pasca dilakukan rehabilitasi kembali, meski belum lama juga mendapat perbaikan pada plafon dan pengecetan dinding, baru-baru ini.
Gedung yang kerap sepi tidak berpenghuni itu pastinya kini semakin nyaman setelah diperbaiki kembali oleh Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya Provinsi Lampung dengan pagu Rp 197. 200.000.00 meski hanya sebatas pergantian atap dan tambal sulam plafon.
Meski demikian, dibalik rehabilitasi gedung tersebut, menyisakan sejumlah kejanggalan pada realisasi kantor ini. Betapa tidak, Cv Telagai sebagai pemborong pekerjaan kontruksi kantor itu nampaknya tidak jelas alias bodong.
Perihal itu berdasarkan alamat Cv Telagai yang tidak diketahui secara pasti keberadaannya, bahkan tidak juga terdaftar di webside LPSE Provinsi Lampung.
Akan tetapi Yongki pemborong proyek mengaku rugi mengerjakan rehabilitasi itu, hal tersebut lantaran pintu yang telah terpasang sebelumnya berbahan fiber pvc, namun ketua satlak meminta diganti dengan bahan kayu, meski tidak sesuai RAB.
Anehnya lagi, entah kehabisan waktu atau sengaja dilakukan terselubung, proses serah terima kegiatan atau Provisional Hand Over (PHO) juga dilakukan sesaat menjelang adzan magrib, bahkan tanpa dihadirkan direksi pekerjaan serta panitia penilai hasil pekerjaan.
Usut punya usut, ternyata rehab itu berlangsung tanpa ada dasar pengajuan. Sehingga disinyalir proyek ini datang atas dasar pengalihan realisasi demi terkucurnya dana untuk menghindari anggaran dipulangkan ke kas daerah.
Untuk mengungkap kejanggalan proyek penuh misteri ini, sejumlah awak media mencoba melakukan konfirmasi terhadap Sarbini yang diketahui sebagai PPK. Saat itu, dia mengatakan perehapan kembali dilakukan untuk menghindari terjadinya kerusakan yang semakin parah, apalagi memang sudah menjadi program Arinal Djunaidi, Gubernur Lampung.
“Kalo ada dana ya kami masukkan. Kalau barang barang kayak ginikan aset negara yang hilang total, kalau gak di rehab, kan gitu. Itu udah program pak gubernur itu,” kata Sarbini saat diwawancarai usai melakukan PHO yang penuh kejanggalan itu.
Berdasarkan pantauan juga, pemasangan atap spendek nampaknya tidak mengkedepankan kualitas. Pasalnya tidak dipetkuat dengan reng dan tanpa terpasang rangka baja ringan, mereka hanya menempelkan pada kayu yang kasat mata terlihat telah lapuk termakan usia.
Meski demikian, Sarbini berkilah kayu lapuk itu masih kuat untuk dipergunakan. Dia juga berdalih tidak menggantinya lantaran proyek tersebut hanyalah rehab sedang, sehingga tidak sepenuhnya harus diganti.
“Kita lihat kerusakan kayunya berapa persen yang rusak, ini masih layak untuk dipakai dan berapa persen yang dibenerin, ya namanya rehab. Rehap ini banyak juga ada rehab berat, sedang dan ringan, kalau ini rehab sedang namanya,” kilah dia.
Seperti kiprahnya dalam berkarir tidak ingin diremehkan atau diragukan, Sarbini sembari mengangkat dagu dan membusungkan dadanya mengaku telah puluhan tahun menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), bahkan dia bercerita pernah menduduki Pancasila di Jakarta.
Untuk itu, pria berpendidikan dan berwibawa ini mengundang awak media untuk diajarkannya tentang kontruksi yang baik dan benar menurut pengalamannya dalam berkarir.
“Saya dari tahun 91 pegawai negeri di P.U itulah, di gedung inilah. STM saya. S1 saya di UBL pernah saya menduduki Pancasila di Jakarta tes appuk di PU juga pernah udah malang melintang. Nah itu kalo mau nanya kualitas jangan belajar disini ayo dimeja sana yuk kali-kalian disana, ada harga satuan, ada analisa ada bilup data ayok dimeja kita,” kata Pria jebolan UBL itu sembari tertawa.
Dengan sejumlah kejanggalan pada proyek tersebut, tidak dipungkiri terjadinya indikasi kecurangan pengelolaan anggaran oleh oknum tertentu demi meraup keuntungan. Untuk itu, demi mengungkap fakta awak media tengah menelusuri kebenaran dibalik misteri proyek aneh tapi nyata ini.(JR)