Aceh|BidikIndonesia.com – Bulog diduga sebagai pemicu naiknya harga beras di pasaran Banda Aceh dan Aceh Besar. Hal itu dikarenakan, lembaga itu membeli dan memborong secara besar-besaran saat panen raya.
Hingga awal Juli 2025, belum ada kepastian distribusi beras program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dari Bulog untuk menahan laju kenaikan harga.
Hendra, salah seorang pedagang besar di Banda Aceh mengungkapkan, saat ini, harga besar naik karna ketiadaan gabah hampir diseluruh Aceh. “Kilang tak punya gabah karna di borong sama Bulog,” katanya.
Hendra mengungkapkan, harga beras medium dan premium kini sudah menembus Rp225 ribu per sak berkapasitas 15 kilogram (Kg), sementara beras super premium dijual seharga Rp240 ribu.
Kekosongan beras SPHP, menurut Hendra, terjadi sejak akhir tahun lalu dan belum ada kejelasan distribusi dari pihak Bulog hingga saat ini.
“Belum ada kepastian tentang SPHP karena belum jelas program Presiden Prabowo ke depannya,” ungkapnya.
Selain itu, Hendra menjelaskan harga gabah kering juga naik signifikan di pasaran, yakni mencapai Rp8.500 hingga Rp9.000 per Kg.
Kenaikan ini dipicu pembelian besar-besaran oleh Bulog saat panen raya sebelumnya, yang mengakibatkan kilang-kilang padi di Aceh tidak memiliki stok memadai untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Kalau bulan ini Bulog belum bisa mengeluarkan beras SPHP, kemungkinan besar harga beras akan naik sangat tinggi. Karena hampir semua kilang padi stoknya kosong,” jelas dia.
Hendra pun berharap pemerintah segera mengambil langkah cepat melalui Bulog agar beras SPHP bisa segera didistribusikan ke masyarakat, sehingga harga beras di pasaran dapat dikendalikan.
“Harapan kami pedagang, semoga Bulog bisa segera menyalurkan beras SPHP kepada masyarakat agar tidak terjadi kenaikan harga beras lebih mahal lagi,” pungkasnya.