Aceh Utara|BidikIndonesia.com – Angin kencang atau puting beliung yang melanda Kabupaten Aceh Utara pada Kamis kemarin, sekitar pukul 15.00 WIB, menyebabkan kerusakan signifikan di tiga kecamatan, yakni Nibong, Tanah Luas, dan Samudera.
Ia merinci, di Kecamatan Samudera, puting beliung menerjang rumah warga di Gampong Tanjong Hagu, Tanjong Reungkam, Tanjong Awe, dan Tanjong Masjid.
Sementara itu, di Kecamatan Nibong, kerusakan terjadi di Gampong Nibong Baroh, Nibong Wakeuh, Keude Nibong, Keupok Nibong, Meunasah Dayah, dan Meunasah Keh.
“Berdasarkan data sementara, tercatat 45 unit rumah mengalami kerusakan di Kecamatan Nibong. Sebanyak 25 rumah di antaranya rusak berat pada bagian atap. Selain itu, tujuh kios, satu meunasah, dan kantor keuchik juga porak-poranda,” ungkap Saiful. Di Kecamatan Tanah Luas, angin kencang merusak sejumlah kios di Gampong Simpang Rangkaya.
Saiful menambahkan, hampir lima tahun terakhir Aceh Utara kerap diterjang musibah angin kencang setiap memasuki bulan Juni hingga Agustus.
“Karena itu, kami mengimbau masyarakat agar selalu waspada terhadap struktur bangunan. Pastikan kondisinya kuat dan aman untuk menahan terpaan angin kencang,” ujarnya.
Ia juga meminta warga mengamankan barang-barang di luar rumah, seperti furnitur dan tanaman, untuk mencegah kerusakan. Selain itu, masyarakat diminta tidak bepergian jika tidak mendesak, serta menghindari area yang terdampak.
“Pantau informasi cuaca dan peringatan dini dari BMKG atau sumber resmi lainnya. Siapkan rencana darurat, termasuk menghadapi kemungkinan terputusnya aliran listrik,” tegas Saiful.
Terakhir, ia mengingatkan masyarakat untuk selalu mengutamakan keselamatan saat berada di luar ruangan dengan mencari tempat berlindung yang aman dan menjauhi bangunan maupun pohon tinggi.
“Dengan kesiapsiagaan, kita bisa meminimalkan risiko dan dampak bencana angin kencang,” imbuhnya.
Di sisi lain, korban terdampak di Kecamatan Nibong berharap perhatian dan bantuan dari pemerintah daerah. Tempat usaha yang menjadi tumpuan penghidupan mereka rata dengan tanah.
Fatimah, seorang pedagang di Gampong Nibong Baroh, menuturkan bahwa kios minuman dan gorengan miliknya terhempas hingga ke parit akibat terjangan angin.
“Semua hancur. Kios terlempar ke parit. Gelas, piring, dan perlengkapan jualan rusak dan pecah,” ungkap Fatimah dengan suara bergetar menahan tangis.
Sejak ditinggal suami, Fatimah menjadi tulang punggung keluarga untuk menghidupi anak-anaknya. Ia berharap ada bantuan modal agar bisa kembali berdagang.
“Sekarang saya sudah tidak bisa berjualan lagi. Tolong bantu saya,” pintanya dengan tangis pecah.
Hal serupa dialami Nilawati, pedagang bandrek yang kiosnya roboh diterjang angin kencang. Saat kejadian, ia sedang berada di rumah.
“Tiba-tiba ada orang datang memberi tahu kalau kedai saya sudah rata dengan tanah,” ujarnya.
Nilawati biasa mendapatkan penghasilan sekitar Rp150 ribu per hari saat ramai pembeli.
“Setelah ini, saya tidak bisa lagi berjualan. Kami berharap pemerintah memperhatikan rakyat kecil yang jadi korban bencana alam,” katanya.***