Lhokseumawe|BidikIndonesia.com – Bidan desa merupakan salah satu pilar utama dalam sistem kesehatan masyarakat di pedesaan. Tidak hanya dalam hal pemberi pelayanan kesehatan, keberadaannya yang ada di hampir setiap desa wilayah Provinsi Aceh ini juga menjadikan bidan desa berperansebagai tumpuan masyarakat memperoleh informasi tentangpelayanan kesehatan.
Seperti halnya yang disampaikan Mahyuni (35), salah satubidan di wilayah desa Blang Manyak, Kabupaten Aceh Utara ini mengatakan bahwa dirinya kerap menjadi tempatmasyarakat bertanya seputar pelayanan kesehatan, termasuk informasi seputar Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
“Kadang-kadang memang kita agak bingung bagaimanacaranya kita bisa membantu masyarakat (perihalkepesertaan JKN), seperti misal ada masyarakat yang kartunya nggak aktif, jadi memang kita harus siap mencaritau dan tanggap membantu karena memang kita lah bidandesa ini yang menjadi tempat masyarakat bertanya di lapangan,” ujar Mahyuni.
Bidan desa yang telah mengabdi lebih dari lima tahun ini pun mengatakan bahwa sampai dengan saat ini, masyarakat di wilayahnya masih mudah dipengaruhi dengan informasi-informasi tentang pelayanan JKN yang keliru sehingga iamerasa perlu mencari tahu kebenarannya untuk dapatdisebarkan langsung ke masyarakat yang membutuhkan di desanya.
“Selain untuk melakukan urusan administrasi BPJS punya saya pribadi, saya sebagai tenaga kesehatan juga datanglangsung ke kantor (red: BPJS Kesehatan) ini untukmenanyakan beberapa informasi seputar kendala BPJS yang dialami masyarakat, karena sayang sekali kalau harus teruspercaya dengan informasi yang tidak benar, apalagi yang mempersulit mereka mendapatkan pelayanan, padahal kalaukita tanya langsung sama BPJS (Kesehatan) semua adasolusinya, tidak sulit dan ternyata sangat sangat mudah,” ungkap Mahyuni.
Hal itu diungkapkannya paska mengetahui bahwa kini telahtersedianya kanal layanan tanpa tatap muka yang dapatdiakses oleh seluruh peserta JKN dimana saja tanpa harusjauh-jauh datang ke kantor BPJS Kesehatan.
“Memang dari beberapa tahun lalu kami sudah tahu bahwa di BPJS ada layanan administrasi melalui Aplikasi Mobile JKN, tapi itu juga masih susah dijangkau sama masyarakat desa, sekarang Alhamdulillahnya diberitahu bahwa sudah ada juga layanan melalui WhatsApp, jadi untuk orang-orang tua atauyang tidak bisa pakai aplikasi bisa kita dibantu samakeluarganya yang lain, jadi sangat mudah,” jelas Mahyuni.
Saat ditanya pendapatnya mengenai keberadaan Program JKN, Mahyuni dengan semangat mengatakan bahwaprogram yang diselenggarakan BPJS Kesehatan sejak 2014 lalu membawa manfaat yang sangat besar bagi pelayanankesehatan di Indonesia, khususnya di wilayah Aceh dalamhal mengurangi angka kematian ibu dan bayi.
“Sangat bagus (Program JKN), karena memang denganadanya BPJS ini masyarakat bisa menikmati layanan yang bisa dibilang gratis ya, karena kan untuk masyarakat adafasilitas dibayarkan oleh pemerintah pusat ataupunpemerintah provinsi, dan juga bisa dibilang karena BPJS iniangka kematian ibu sekarang menurun sangat drastis,” ujarMahyuni.
Ia menjelaskan bahwa sebelum adanya Program JKN, angkakematian ibu hamil tergolong tinggi. Hal itu ditengarai karenarasa enggan masyarakat untuk melakukan pemeriksaankehamilan di fasilitas kesehatan.
“Kalau dulu orang-orang takut berobat karena biaya, sekaliperiksa itu butuh uang sekitar dua ratus ribuan, apalagi kalaumisalnya kehamilan ibu-ibu ada masalah atau sampai perluoperasi sesar, bisa perlu uang sepuluh bahan lima belas jutalebih, dan itu yang masyarakat takutkan, jadi program inimemang benar-benar bermanfaat untuk masyarakat,” tutupMahyuni.
