Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Aceh Besar, Sayed Muhammad Husen, menegaskan, pendidikan dan pengajian yang mengedepankan nilai-nilai moderasi merupakan kunci penting mencegah berkembangnya paham radikalisme dan terorisme di tengah masyarakat.
Menurutnya, pemahaman Islam yang komprehensif dan mendalam akan membentuk sikap keagamaan yang seimbang, sehingga seorang muslim maupun organisasi Islam memilih jalan damai dalam mengamalkan ajaran Islam secara kaffah.
“Dengan bekal pengetahuan yang utuh tentang Islam, umat akan mampu menerapkan syariat Islam secara bijak, baik dalam kehidupan pribadi, di tengah masyarakat, maupun dalam konteks kehidupan bernegara,” ungkap Sayed Muhammad Husen kepada Waspada.id di Banda Aceh.
Sayed Muhammad Husen menyampaikan, itu terkait dua orang ASN di Aceh yang ditangkap baru baru ini oleh Densus 88 Anti Teror Polri, terkait dugaan terlibat terorisme.
Menurut Sayed, pendekatan moderat dalam pendidikan dan pengajian akan melahirkan generasi yang terbuka terhadap perbedaan, menghargai kemanusiaan, dan menjunjung tinggi nilai keadilan. Hal ini, kata dia, menjadi benteng yang efektif menangkal segala bentuk kekerasan atau tindakan ekstrem atas nama Islam.
Ia menyebutkan, sejarah telah menunjukkan Islam agama yang membawa rahmat bagi seluruh alam (rahmatan lil ‘alamin). Karena itu, penerapan syariat Islam sejatinya dilakukan dengan cara-cara yang damai, dialogis, dan mengedepankan kemaslahatan umat dan bangsa.
“Radikalisme sering kali muncul dari pemahaman agama yang parsial dan dangkal. Tugas kita memastikan masyarakat, khususnya generasi muda, mendapatkan pendidikan agama yang lengkap, menyentuh akal sekaligus hati, sehingga mereka tidak mudah terjebak pada ajakan melakukan aksi terorisme,” tegasnya.
Di tingkat nasional, kata Sayed, isu radikalisme dan terorisme menjadi tantangan serius bagi keutuhan bangsa. Pemerintah bersama tokoh agama, akademisi, dan masyarakat sipil telah menggencarkan berbagai upaya pencegahan, salah satunya melalui penguatan moderasi dalam mengamalkan ajaran Islam.
Dalam konteks ini, Muhammadiyah, sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, konsisten mengampanyekan konsep Islam berkemajuan yang menekankan keseimbangan antara pemurnian akidah, pembaruan pemikiran, dan keterbukaan terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
“Peran ormas seperti Muhammadiyah sangat strategis, karena memiliki jaringan pendidikan yang luas, dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Melalui lembaga-lembaga ini, nilai-nilai moderasi dapat ditanamkan secara sistematis, sehingga umat Islam tumbuh menjadi pribadi yang taat mengamalkan ajaran Islam sekaligus mampu hidup harmonis dalam masyarakat,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, dua orang ASN di Aceh ditangkap Densus 88 Anti Teror Polri diduga terlibat terorisme.
Tersangka pertama berinisial MZ, 47, ASN dari Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kanwil Kemenag) Aceh. Penangkapan MZ berlangsung disalah satu warung kopi di Banda Aceh pada Selasa (05/08/25) lalu.
Sementara ZA diketahui bertugas di Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh. Ia diamankan tim Densus 88 disebuah Showroom Mobil dikatakan Batoh, Kota Banda Aceh.
Juru bicara Densus 88 AKBP Mayndara Eka Wardhana kepada media mengatakan, ZA terlibat dalam pendanaan kegiatan salah satu organisasi Teror. ZA, kata dia, diduga mengelola aliran dana yang digunakan untuk mendukung logistik dan aktivitas kelompok tersebut.
Sedangkan MZ ditangkap lantaran diduga memiliki peran strategis sebagai salah satu petinggi jaringan Teror di Wilayah Aceh, yang bertugas melakukan perekrutan dalam rangka kaderisasi.