Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Ketua Dewan Penasehat Persatuan Tukang Aceh (PTA), Isa Alima, mengatakan profesi tukang tidak bisa lagi dipandang rendah. Menurutnya, jika tukang Aceh memiliki kompetensi dan sertifikasi, mereka juga akan mampu bersaing dalam pembangunan dan tidak hanya menjadi penonton di daerah sendiri.
“Pada prinsipnya, tukang di Aceh punya kemampuan luar biasa. Tapi mereka membutuhkan pendidikan khusus tentang attitude, kedisiplinan, dan tentu saja sertifikasi keahlian. Itu yang membedakan tukang biasa dengan tenaga profesional,” kata Isa.
Ia mengatakan, perusahaan besar yang menggarap proyek di Aceh selalu menuntut legalitas keahlian dari tenaga kerja. Menurutnya, tanpa sertifikat, tukang lokal akan sulit diberi kesempatan.
Namun menurutnya, kesempatan tukang lokal untuk mendapatkan pelatihan masih terbatas, padahal Aceh sudah memiliki lembaga pelatihan di bawah Disnaker maupun Dinas Pekerjaan Umum.
“Kalau tukang tidak diberi akses pelatihan dan sertifikasi, selamanya mereka tidak akan berdaya. Karena perusahaan besar tidak hanya melihat skill lapangan, tapi juga menilai kerapian, attitude, dan kedisiplinan. Semua itu diukur lewat sertifikasi,” ujarnya.
Ia juga mengingatkan generasi muda agar tidak meremehkan profesi tukang. Sebab, katanya, tanpa tukang, pembangunan tidak akan berjalan.
“Jangan merasa tukang itu hina. Justru tukang adalah kelas nomor satu. Tanpa tukang, pembangunan tidak akan pernah berdiri,” pungkasnya.***