Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Banda Aceh bersama UNICEF melalui Yayasan Inovasi Bangun Negeri menggelar evaluasi program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Banda Aceh.
Kegiatan yang melibatkan para kepala sekolah dan pemangku kepentingan ini bertujuan memperkuat advokasi, kepemimpinan, serta edukasi dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi anak, termasuk vaksin Human Papilloma Virus (HPV).
Kepala Dinas Kesehatan Banda Aceh, Wahyudi SSTP MSi, mengungkapkan bahwa hingga saat ini, cakupan imunisasi di Banda Aceh masih berada di bawah angka 10 persen.
“Persoalan hari ini adalah meskipun guru sudah melakukan edukasi dan menyampaikan pentingnya imunisasi, namun banyak orang tua yang tidak mengizinkan anaknya divaksin,” ujar Wahyudi, didampingi Kabid P2P drg Supriyadi MKes.
Kadinkes Banda Aceh itu juga menyampaikan, pihaknya akan mempelajari regulasi terkait sertifikat vaksin imunisasi pada anak sebagai syarat masuk sekolah ke jenjang berikutnya.
Hal ini sebagaimana sempat dibahas para peserta dalam forum tersebut, sebagai salah satu solusi meningkatkan cakupan imunisasi.
“Kalau kita berbicara sertifikat, kita ada regulasinya.
Saya tidak bisa mengatakan iya, tetapi kita pelajari dulu sesuai dengan regulasinya,” ungkap Wahyudi.
“Kalau memang diperbolehkan kenapa tidak, pada intinya kita akan mencari regulasinya dulu, diperbolehkan atau tidak,” tambahnya.
Sementara itu, Health Officer UNICEF Indonesia, dr Dita Ramadonna MSc, menyoroti rendahnya cakupan imunisasi di Aceh yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Ia menekankan pentingnya kemauan politik (political will) dari pemerintah untuk menyelesaikan persoalan ini secara serius.
“Imunisasi rendah ini dampaknya mungkin belum terasa saat ini, tetapi sudah mulai muncul beberapa tahun terakhir.
Tahun ini saja, hingga Oktober, ada lebih dari 3.000 suspek campak secara nasional, dan 930 kasus sudah terkonfirmasi,” jelas Dita.
Ia menambahkan, penyakit seperti campak, rubella, difteri, dan pertusis masih menjadi penyebab kematian anak setiap tahun, meski dapat dicegah dengan imunisasi.
Bahkan, pada 2022–2023, tercatat tiga kasus polio di Aceh yang menyebabkan kelumpuhan permanen.
“Ini dampak panjang dari rendahnya imunisasi. Harusnya kita tidak ingin hal seperti ini terjadi lagi ke depan,” tegas Dita.