Rombongan Investor Diusir Saat Sarapan

Rombongan Investor Diusir Saat Sarapan

Rombongan Investor Diusir Saat Sarapan di Banda Aceh

Banda Aceh | BidikIndonesia –  Perlakuan tidak menyenangkan dialami rombongan investor, saat sarapan di sebuah warung kopi (warkop) di Kota Banda Aceh, Senin 27 Januari 2025.

Rombongan investor asal Sumatera Utara itu mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari pemilik warkop di kawasan Lambhuk, Banda Aceh.

Insiden ini membuat para investor tersebut memutuskan langsung meninggalkan Provinsi Aceh hanya beberapa saat setelah tiba di daerah berjuluk Serambi Mekkah tersebut.

Teuku Barsam, salah satu pengusaha yang menemani rombongan investor tersebut, mengungkapkan kekecewaannya yang sangat mendalam atas insiden yang harusnya tidak terjadi.

Bacaan Lainnya

Menurutnya, perilaku arogan pemilik warkop menjadi penyebab para investor membatalkan rencana investasi pada sektor pertanian, di Aceh, yang bernilai Rp 200 miliar.

“Bagaimana Aceh mau maju kalau tamu yang datang untuk berinvestasi justru diperlakukan seperti ini? Ini sangat memalukan dan merugikan,” ucap Teuku Barsam kepada wartawan, tidak lama setelah kejadian.

Teuku Barsam menambahkan, undangan terbuka dari gubernur Aceh terpilih, Muzakir Manaf (Mualem), untuk mendatangkan investor ke Aceh seharusnya menjadi momentum kebangkitan ekonomi.

Namun, perlakuan seperti ini justru mencoreng citra Aceh sebagai wilayah yang aman dan ramah bagi para pendatang. Tidak sesuai dengan ekspektasi pendatang yang membaca pernyataan eks Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) itu.

“Kemarin, setelah Mualem menang Pilkada, beliau dengan jelas mengajak para investor untuk masuk ke Aceh dengan jaminan bahwa Aceh sudah aman. Tapi apa yang terjadi hari ini membuktikan sebaliknya,” ungkap Teuku Barsam, dengan nada geram.

Teuku Barsam juga mengkritik sikap sebagian masyarakat Aceh yang dianggap tidak ramah terhadap pendatang.

Ia menilai perlakuan arogan seperti yang ditunjukkan pemilik warkop di kawasan Lambhuk itu mencerminkan sikap tidak menghargai tamu, yang justru datang untuk membantu pembangunan Aceh.

“Ini bukan hanya soal kehilangan investasi Rp 200 miliar, tapi juga citra Aceh di mata dunia luar. Kita harus sadar bahwa kita tidak bisa maju kalau mentalitas kita masih seperti hama,” tegasnya.

Menurutnya, investasi senilai Rp 200 miliar hanyalah tahap awal. Jika para investor merasa nyaman, akan ada lebih banyak peluang investasi yang masuk ke Aceh. Namun, insiden ini membuat harapan tersebut pupus.[Mitraberita]

“Para investor kecewa berat dan memutuskan meninggalkan Aceh kurang dari satu jam setelah kejadian. Saya sangat sedih dan malu sebagai orang Aceh,” tutupnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *