Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Bank Aceh Syariah diminta segera naik kelas menjadi bank devisa agar dapat maksimal mendukung investasi di Aceh.
Dorongan ini disampaikan Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris Daerah Aceh, M. Nasir Syamaun, usai menghadiri peringatan HUT ke-52 Bank Aceh, di kompleks Expo Bank Aceh, Lampineung, Banda Aceh.
Menurut Nasir, kehadiran investasi harus diimbangi dengan kesiapan infrastruktur keuangan daerah, termasuk kesiapan bank milik pemerintah sendiri.
“Jangan sampai investasi masuk ke Aceh, tapi bank kita belum siap. Bank Aceh harus jadi bank devisa supaya bisa memfasilitasi seluruh proses keuangan para investor,” ujarnya.
Bank devisa adalah bank yang mendapat izin untuk melakukan transaksi valuta asing, termasuk kegiatan ekspor-impor dan pembayaran internasional.
Nasir menilai, status ini penting agar Bank Aceh tidak hanya kuat di pasar lokal, tapi juga mampu bersaing di tingkat regional.
Selain mendorong status devisa, Nasir juga menyinggung pentingnya evaluasi menyeluruh terhadap program Corporate Social Responsibility (CSR) Bank Aceh.
Ia menilai, selama ini CSR belum sepenuhnya menyasar kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan.
“CSR Bank Aceh harus lebih fokus ke bidang sosial dan ekonomi. Bantu masyarakat miskin, yang benar-benar membutuhkan. Jangan terlalu umum,” tegasnya.
Di usia ke-52 ini, Bank Aceh disebut menunjukkan peningkatan dari sisi pendapatan, yakni tumbuh dibandingkan tahun lalu. Namun Nasir menegaskan, peningkatan tersebut belum cukup.
“Harus terus ditingkatkan, baik dari sisi layanan maupun inovasi bisnis. Bank ini milik kita, harus jadi andalan pembangunan Aceh,” kata Nasir.
Dengan usia yang sudah lebih dari setengah abad, Bank Aceh dinilai punya modal kuat untuk memperluas peran, tak hanya sebagai lembaga keuangan syariah, tetapi juga motor penggerak ekonomi daerah yang inklusif. (*)