Lampura, Bidikindonesia,- Sungguh berat ujian yang menerpa keluarga Tri Handoko warga Desa Abung Jayo, Kecamatan Abung Selatan, Kabupaten Lampung Utara ini. Istri tercintanya Yunariah harus menjalani pengobatan atas penyakit penyempitan katup jantung yang diderita sejak tahun 2020 silam.
Pada bulan lalu, hanya berbekal uang Rp.5 000.000 yang diperoleh Tri Handoko dari bekerja sebagai buruh harian disumil kayu dan meminjam sebagian uang dari kerabatnya, dia bersama istrinya berangkat ke Ibu Kota Jakarta untuk melakukan operasi di Rumah Sakit (RS) Harapan Kita.
Meski telah melakukan operasi beberapa hari lalu, namun pasangan suami istri ini terpaksa harus menginap di masjid RS tersebut hingga hari ini Minggu, 26 Maret, 2023. Itu mereka lakukan lantaran uang yang mereka miliki sudah habis untuk kebutuhan biaya sehari-hari selama sebulan berobat disana.
Oleh sebab itulah hingga kini mereka belum bisa kembali ke kampung halamannya dan masih menetap di masjid sembari menunggu waktu kontrol kembali di RS tersebut.
Saat dihubungi awak media, Tri Handoko mengatakan penyakit yang diderita istrinya bermula sejak tahun 2020 lalu merasakan detak jantung yang berdebar kencang tidak lazim, saat itu dia sempat melakukan berobat di klinik terdekat.
“Awalnya istri saya detak jantungnya kencang, akhirnya berobat sampai obat habis tidak ada perubahan, kemudian berobat kembali ke RS Ryacudu Kotabumi tapi masih sama saja,” kata dia.
Singkat cerita, akhirnya Tri Handoko merujuk istrinya ke RS Harapan Bunda Lampung Tengah. Disana baru diketahui pihak medis memfonis Yunariah menderita penyempitan penyakit jantung.
Sejak saat itu, RS Harapan Bunda menyarankan Yunariah untuk ditangani di RS Harapan Kita, Jakarta Barat. Disana, ibu dua orang anak ini sempat menjalani operasi kecil, namun sayangnya kesembuhan belum berpihak padanya.
Lantaran istrinya masih belum usai berjuang melawan sakit yang diderita, akhirnya kedua buah hati mereka harus mandiri tinggal dirumah selama Tri Handoko mendampingi Yunariah berobat.
“Selama berobat di Jakarta ya anak-anak tinggal dirumah sendirian. Anak pertama Ahmad Tio duduk dibangku SMA, sedangkan adiknya Tia Asyifa masih SMP,” ujarnya.
Kini, Tri Handoko berharap adanya uluran tangan dan do’a dari Pemerintah Daerah (Pemkab) Lampura maupun dermawan demi kesembuhan istrinya itu.
“Saya berharap ya adanya perhatian dari pihak pemerintah sehingga bisa membantu keluarga kecil kami. Ya namanya orang kecil mas,” harapnya.
Mendengar terdapat kerabatnya yang membutuhkan uluran tangan, Imam Sholihin Kepala Dusun Desa Penagan Ratu, Kecamatan Abung Timur telah melaporkan perihal itu kepada Dinas Sosial dan Kementerian Sosial.
“Kenapa sampai kami yg mengusulkan ke Dinsos dan Kemensos karena kami merasa tersentuh dan kasihan atas nasib mereka yang sedemikian rupa pak. Walau mereka bukan warga saya, dari penyakit istrinya dan keadaan ekonomi usaha suaminya, itu yg bikin saya tergugah untuk membantu mengusulkan bantuan,” kata dia.
Meski telah lama mengusulkan bantuan dari Pemerintah melalui dua stage holder itu, namun sayangnya hingga kini keluarga Tri Handoko belum juga menerima apapun itu. Hanya pelayanan operasi yang menggunakan BPJS.
“Ya itu pak BPJS yang bantuan. Kalau dari Kemensos belum ada, waktu ibu Yunani drop di bawa ke RS Handayani, kami datang ke Dinsos Lampura menyampaikan bahwasanya ibuk Yunani harus segera di operasi, setelah beberapa hari mereka dapat telpon dari RS Harapan Kita dijadwalkan untuk operasi itu. Kalau untuk pengajuan Kemensos dari pertengahan bulan 12 tapi belum mendapatkan tanggapan,” tandasnya.(Ky)