BANDA ACEH – IS (21) beserta 20 temannya dikabarkan hilang kontak dengan keluarga sejak keberadaan mereka di Laos. M Nurdin (45) ayah dari salah satu korban tak menduga niat anaknya mencari pekerjaan di luar negeri malah berujung penipuan.
M Nurdin, bersama dua orang tua korban lainnya Syahru (59) orang tua dari DF (23) dan JF (25), serta Rika Wati (42) ibunya AN (23). Mereka menjelaskan bermula kejadian menimpa anak-anak itu, dijanjikan pekerjaan oleh SB alias Popon (50) warga Langsa, berperan sebagai tenaga administrasi di salah satu perusahaan Dubai.
IS dan DF diiming-imingi gaji sebesar Rp 12 juta per bulan oleh SB untuk bekerja di Dubai. Singkatnya, mereka sepakat berangkat dengan bantuan RN istri SB membantu kelengkapan administrasi termasuk pembuatan paspor.
Perjalanan IS dan DF dimulai dari Langsa menuju Medan hingga akhirnya tiba di Dubai. Setiba di sana, mereka sudah ditunggu oleh SB menuju rumah penginapan yang selanjutnya bertemu dengan AN dan JF.
Di sana, keempat anak tersebut mendapat briefing cara kerja sebagai admin di salah satu perusahaan yang sebelumnya dijanjikan SB. Setelah dua bulan berada di Dubai, SB menginformasikan akan terjadi razia sehingga IS, DF, AN dan JF harus dilarikan ke Laos.
Mulanya, keempat pemuda tersebut menolak ajakan SB dan ingin kembali ke Indonesia. Tapi SB beralasan jika mereka terjaring razia, mereka akan dikenakan denda sekitar Rp 110 Juta. Setelah tiba di Laos, SB menginapkan mereka di camp dan selanjutnya diserahkan ke salah satu perusahaan.
Sebelum akhirnya pergi, SB sempat meminta uang Rp 4 Juta per orang dan menjanjikan mereka menjadi Miliarder. Namun, hingga SB pergi sampai hari ini, dokumen dan paspor keempat pemuda tersebut masih ditahan oleh pihak perusahaan.
Menindaklanjuti kasus ini, ketiga orang tua korban akan melanjutkan perihal tersebut ke Polda Aceh dan berupaya meminta dukungan pihak lainnya.
“Saya belum tau pekerjaan seperti apa diberikan kepada anak-anak kami di sana. Untuk itu, saya mewakili orang tua lainnya di sini telah melaporkan dan meminta pertanggung jawaban saudara Popon ke Polda Aceh.
Saya juga mohon doa dan bantuan dari berbagai pihak untuk bantu proses pemulangan mereka,” kata Nurdin, Minggu, 26 Agustus 2024.
M Nurdin menyampaikan sejak mereka di Laos, para orang tua tak bisa berkomunikasi lagi dengan anak-anak karena aturan perusahaan tidak memperbolehkan berkomunikasi dengan pihak lain. Bahkan, informasi yang diterima setidaknya ada belasan warga Aceh lainnya saat ini mengalami kasus yang sama.
“Anak-anak kami harus mengikuti aturan seperti handphone disita dan tidak bisa berhubungan dengan keluarga. Saya sempat dikirimkan beberapa foto kartu identitas oleh anak saya. Ada sekitar 21 orang termasuk anak saya saat ini ada disana,” tambahnya.
Sementara itu, anggota DPRA, Samsul Bahri alias Tiyong turut prihatin atas terulangnya kejadian seperti ini. Sebelumnya, beberapa warga Aceh juga mengalami kasus yang sama di Malaysia, Myanmar, Kamboja, dan Laos. Lebih memperhatikan lagi, rata-rata kasus seperti ini yang menjadi agen atau penyalur adalah warga Aceh sendiri ataupun orang terdekat.
“Saya sangat prihatin atas kejadian seperti ini. Pertama yang menjadi korban adalah orang tua kita dan anak-anak, selanjutnya agennya adalah saudara kita juga,” ujar Tiyong.
Tiyong yang juga merupakan anggota DPR RI terpilih, menambahkan akan berupaya mengawal kasus ini hingga tuntas sampai pemulangan korban. Dirinya juga berharap agar pelajaran kembali untuk warga Aceh.
“Akan saya upayakan dengan melibatkan pihak-pihak terkait dari Kepolisian, KBRI, dan Kemenlu, hingga dengan perlindungan tenaga kerja asing,” ujarnya. Kasus ini juga tidak boleh berhenti di sini, kata dia, harus ada tindakan hukum tegas kepada siapa saja terlibat. Ini harus jadi pelajaran. “Kita berupaya dan memastikan puluhan saudara kita di sana selamat dan segera kembali dengan keluarganya di Aceh,” tutupnya.