Banda Aceh | BidikIndonesia.com – Daerah Militer Iskandar Muda (Pangdam IM) Mayor Jenderal TNI Niko Fahrizal resmi meluncurkan program konversi motor listrik di Hotel The Pade, Banda Aceh, Rabu (26/3/2025).
Program kolaborasi Kodam Iskandar Muda bersama PT SNS Motor Manufaktur ini ditujukan untuk mendukung kebijakan energi terbarukan, mengurangi emisi karbon, serta memanfaatkan kendaraan dinas yang sudah tidak layak pakai menjadi sarana transportasi ramah lingkungan.
Mayjen TNI Niko Fahrizal menegaskan bahwa inisiatif konversi motor listrik merupakan jawaban atas kebutuhan modernisasi alat transportasi sekaligus kontribusi nyata Kodam IM terhadap ketahanan energi nasional.
“Sejalan dengan perkembangan teknologi, banyak kendaraan dinas kami yang rusak berat dan tidak lagi dapat digunakan. Lewat program konversi motor listrik ini, kendaraan tersebut tidak hanya kembali berfungsi, tetapi juga menghasilkan manfaat ekonomi dan lingkungan,” ujarnya.
Pangdam IM menambahkan bahwa kendaraan listrik hasil konversi menawarkan efisiensi energi hingga 70 persen dibandingkan sepeda motor konvensional berbahan bakar fosil.
“Setiap motor yang dikonversi dapat menempuh jarak hingga 80 kilometer dengan sekali pengisian daya, tanpa emisi karbon. Ini selaras dengan target Aceh menuju wilayah nol emisi pada 2030,” katanya.
Acara launching yang mengusung tema “Inovasi Hijau untuk Ketahanan Energi” itu dihadiri oleh Tuha Peut Wali Nanggroe Aceh Tengku Malik Mahmud Al Haythar; Kepala Dinas Sumber Daya Mineral dan Energi Aceh; Direktur Lalu Lintas Polda Aceh; Wakil Dekan Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala; Irdam IM; dan para pejabat utama Kodam Iskandar Muda. Hadir pula perwakilan lembaga pemerintahan, BUMN, BUMD, BUMS, serta sektor swasta yang memiliki perhatian terhadap pengembangan transportasi ramah lingkungan di Aceh.
Dalam sesi tanya jawab, Direktur PT SNS Motor Manufaktur, Rizal Fauzi, memaparkan tahapan teknis konversi yang mencakup penggantian mesin bensin dengan motor listrik berdaya 1.500 watt, pemasangan baterai lithium‑ion, serta sistem manajemen baterai yang terintegrasi.
Total biaya konversi diperkirakan Rp 8–10 juta per unit, jauh lebih murah ketimbang membeli motor listrik baru. Kami juga menyediakan layanan purna jual dan garansi hingga dua tahun,” jelas Rizal.
Seorang anggota komunitas otomotif Banda Aceh, Ade Syahputra, mengapresiasi inisiatif ini sebagai langkah maju bagi ekosistem kendaraan listrik di provinsi.
“Program konversi motor listrik bukan hanya menghemat biaya operasional, tetapi juga mendorong kesadaran publik akan pentingnya menjaga lingkungan. Saya berharap pemerintah daerah memfasilitasi subsidi atau insentif agar masyarakat luas dapat mengakses teknologi ini,” ujarnya.
Pangdam IM menegaskan bahwa Kodam IM siap memperluas kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah dan perguruan tinggi, guna mengembangkan riset dan pelatihan teknis konversi motor listrik.
Bagi masyarakat yang tertarik mengikuti program, pendaftaran dapat dilakukan melalui Puskop Kartika IM atau kantor Kodam Iskandar Muda dengan mengisi formulir pendaftaran serta memenuhi syarat kendaraan lama.
Demonstrasi uji coba motor listrik hasil konversi menjadi momen puncak acara. Pangdam IM dan pejabat lain terlihat antusias mengendarai motor di area hotel, membuktikan performa akselerasi yang responsif dan hening.
Sesi diskusi selanjutnya membahas potensi pengembangan stasiun pengisian daya (charging station) berbasis energi surya dan integrasi aplikasi digital untuk monitoring penggunaan baterai.
Dengan diluncurkannya program konversi motor listrik ini, Banda Aceh diharapkan semakin berkembang sebagai pionir transportasi hijau di Sumatera. Langkah kolaboratif Kodam IM dan PT SNS Motor Manufaktur menjadi contoh konkret bahwa inovasi teknologi dan kepedulian lingkungan dapat berjalan seiring demi masa depan yang lebih berkelanjutan