Takengon|BidikIndonesia.com – Menteri Kehutanan RI Raja Juli Antoni bersama Duta Besar Inggris untuk Indonesia Dominic Jermey tiba di Takengon untuk meninjau kemajuan Inisiatif Konservasi Gajah Peusangan (Peusangan Elephant Conservation Initiative/PECI).
Keduanya disambut Bupati Aceh Tengah, Haili Yoga didampingi Wakil Bupati, Muchsin Hasan.
Kunjungan ini sebagai bagian dari upaya memperkuat kolaborasi konservasi terkait penanganan Gajah Sumatera.
Sementara, pertemuan dengan stakeholder berlangsung di Pendopo Bupati Aceh Tengah, Takengon, Rabu Malam (18/6/2025).
Dalam sambutannya, Menteri Kehutanan mengungkapkan bahwa inisiatif konservasi ini bermula dari pertemuan Presiden Prabowo dengan Raja Charles III pada Desember 2024 lalu.
Dari rencana awal 10.000 hektare, Presiden Prabowo memerintahkan perluasan hingga 20.000 hektare dan membuka opsi penambahan menjadi 80.000 hektare lahan konsesi milik PT Tusam Hutani Lestari jika dibutuhkan.
“Kami menjalankan amanat Presiden untuk memastikan konservasi satwa tidak hanya menjadi komitmen tertulis, tetapi benar-benar diwujudkan di lapangan,” tegas Menteri Raja Juli di hadapan pemerintah daerah dan mitra internasional.
PECI merupakan inisiatif kolaboratif antara Kementerian Kehutanan, Pemerintah Inggris, WWF-Indonesia, dan sektor swasta.
Tujuan utama program ini adalah menciptakan koridor satwa liar yang aman, memitigasi konflik manusia-gajah, dan melindungi habitat penting yang tersisa bagi Gajah Sumatera.
Pendekatan ini juga diarahkan untuk mendukung upaya rehabilitasi hutan dan konservasi yang melibatkan masyarakat lokal secara aktif.
Duta Besar Inggris, Dominic Jermey, menekankan pentingnya kemitraan ini dalam mendukung upaya konservasi global.
“Kami bangga menjadi bagian dari inisiatif ini. Kerja sama antara dua pemimpin negara, Presiden Prabowo dan Raja Charles III, menunjukkan bahwa diplomasi lingkungan hidup menjadi prioritas bersama,” ujarnya.
Dominic juga mengungkap bahwa Inggris akan memperpanjang Memorandum of Understanding (MoU) yang ditandatangani pada 2021 tentang FOLU Net Sink, dan memperluas cakupannya untuk menyertakan program konservasi gajah sebagai bagian integral dari kerja sama perubahan iklim dan pelestarian keanekaragaman hayati.
Ia menekankan perlunya skema pendanaan inovatif dan keterlibatan sektor swasta agar program konservasi tidak hanya berkelanjutan secara ekologis, tetapi juga mendukung kesejahteraan masyarakat sekitar.
Inisiatif ini menjadi contoh nyata dari implementasi strategi konservasi berbasis kolaborasi multipihak dan bagian penting dari diplomasi lingkungan Indonesia di mata dunia.
Selain memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan iklim global, proyek ini diharapkan menjadi model konservasi satwa langka yang terintegrasi dengan pembangunan ekonomi dan perlindungan sosial.(rz)