Aceh Selatan | BidikIndonesia – Kemerdekaan yang hakiki bukan hanya bermakna kebebasan secara fisik, tetapi juga kebebasan hati, pikiran, dan perbuatan manusia untuk menyampaikan pendapat dan berkreasi dalam amal perbuatan secara terbuka, tanpa rasa khawatir, takut, atau tertekan.
Ketua Khatib Masjid Agung Istiqamah Tapaktuan, Aceh Selatan, Ustaz Dedy Sastra, S.Ag menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Agung Istiqamah Tapaktuan, Jumat, 16 Agustus 2024 bertepatan dengan 10 Shafar 1446 H.
Selain itu, setiap orang diberi kebebasan untuk menjalankan syariat agamanya. Namun, kita belum benar-benar merdeka, belum berpancasila, jika masih ada yang melarang penggunaan atribut keagamaan, seperti jilbab bagi seorang muslimah. “Jangan sampai kita merayakan kemerdekaan, namun justru tidak merdeka di hadapan Allah,” tegas ASN Dinas Syari’at Islam Aceh Selatan ini.
Ustaz Dedy Sastra mengecam dan menyayangkan berita viral beberapa hari terakhir mengenai pelarangan penggunaan jilbab saat pengukuhan anggota putri Paskibraka Nasional. Pesan kepada putri-putri kita, “Tetaplah berhijab, apapun taruhannya. Jangan pernah dilepas, walaupun dipaksa. Lebih baik kehilangan sesuatu karena Allah, daripada kehilangan Allah demi sesuatu. Ketaatan itu tidak dalam maksiat, taat itu hanya dalam perkara yang ma’ruf.”
Selanjutnya, ia menguraikan terkait dengan Pilkada serentak yang akan dilaksanakan pada tanggal 27 November 2024 mendatang, supaya memilih bupati/wakil bupati dan gubernur/wakil gubernur Aceh periode 2024–2029 yang sesuai dengan kebutuhan kepemimpinan Aceh masa depan.
“Sebagai rakyat yang memiliki hak pilih, kita harus berpartisipasi dalam pesta demokrasi ini, untuk saya berharap dapat memilih calon pemimpin yang merdeka. Artinya, carilah pemimpin yang cerdas, amanah, memiliki integritas, serta kapasitas,” ungkapnya.
Yang terpenting adalah pemimpin yang “merdeka” dalam menentukan arah kebijakan, pembangunan, dan kesejahteraan rakyat, serta memajukan daerah. Pemimpin yang tidak tersandera oleh kepentingan apapun dan siapapun, kecuali hanya untuk kepentingan rakyatnya.
Ustaz Dedy Sastra juga mengharapkan sebagai pemilih menjadi pemilih yang merdeka. Sebagai pemilih, kita diberi kebebasan untuk memilih siapa pemimpin kita selanjutnya. Tidak boleh ada pemaksaan, intimidasi, atau iming-iming tertentu.
“Oleh karena itu, jangan gadaikan suara kita hanya untuk mendapatkan sedikit materi yang sifatnya sesaat. Berdasarkan pengalaman sebelumnya dan fakta di lapangan, masih banyak masyarakat pemilih yang mendasari pilihannya atas pemberian sesuatu, baik berupa uang, sembako, dan lain-lain,” ujarnya.
Pada bagian lain khutbahnya, Ustaz Dedy Sastra, mengungkapkan, bahwa selama proses Pilkada ini berlangsung, mulai dari tahapan-tahapannya hingga hari pemungutan suara dan pengumumannya, kita harus tetap menjaga persatuan dan kesatuan di daerah ini. Sangat disayangkan jika hanya karena perbedaan pilihan, kita mengorbankan persatuan dan kesatuan yang telah diperjuangkan para pahlawan bangsa demi kemerdekaan.
“Semoga daerah kita akan mendapatkan pemimpin yang amanah, yang merdeka, memiliki kapasitas dan integritas, yang tidak menjajah rakyatnya, serta mampu memajukan daerah tercinta ini, yang sayang kepada rakyatnya dan rakyat pun sayang kepadanya,” pungkasnya.[AR]