Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Sebanyak 16 mahasiswa yang berasal dari 7 negara di Asia, mengaku kagum dengan budaya, sejarah, serta cerita-cerita masyarakat Aceh saat berada selama 5 hari di Banda Aceh dan Aceh Besar.
Ke 16 mahasiswa yang berasal dari ketujuh negara di Asia, masing-masing Jepang, Myanmar, Vietnam, Bangladesh, Filipina, Cina, dan Malaysia itu, hadir di Aceh untuk mengikuti Program Evidence Based Approach (EBA) 2025 USK Fieldwork.
Kegiatan itu dipelopori oleh Universitas Syiah Kuala (USK) bekerja sama dengan SOI Asia (School on Internet Asia).
SOI Asia merupakan jaringan kolaboratif internasional yang berfokus pada pengembangan kapasitas pendidikan dan penelitian melalui teknologi internet serta kolaborasi lintas negara di kawasan Asia Pasifik.
Melalui salah satu programnya, EBA Fieldwork, mahasiswa dari berbagai negara itu dapat berkolaborasi, mengidentifikasi isu di lapangan, serta memberikan solusi nyata untuk masyarakat.
Keseluruhan mahasiswa ini pun diajak jalan-jalan mengunjungi situs sejarah dan budaya.
Pada kegiatan ini, peserta EBA Fieldwork bersama-sama melakukan riset lapangan dengan tema “Pelestarian Warisan Budaya dengan Pendekatan Digital”.
Selama lima hari, para peserta melakukan kunjungan ke situs-situs bersejarah dan budaya di seputaran Banda Aceh dan Aceh Besar, seperti Taman Sari, Gunongan, Museum Aceh Gampong Lubok Sukon, dan Kompleks Makam Tengku Di Kandang di Gampong Pande.
Para peserta terlibat secara langsung dalam proses pengumpulan data bersejarah, wawancara dan diskusi dengan tokoh masyarakat, serta pembuatan prototipe digital seperti video dokumenter, augmented reality, interactive digital board game, dan digital comics.
“Fieldwork EBA ini memberikan banyak wawasan baru bagi saya. Kami mengunjungi berbagai situs budaya di Banda Aceh dalam beberapa minggu terakhir, dan itu sangat menyenangkan.
Kami belajar tentang budaya, sejarah, serta cerita-cerita masyarakat di Banda Aceh.
Kami sangat bersemangat untuk menampilkan proyek kami, dan memikirkan bagaimana kami bisa ikut berkontribusi dalam pelestarian nisan kuno di Banda Aceh”. Ungkap Mike Aaron Olaget Capsuyen, mahasisea University of the Philippines mengaku kagum.
“Saat kami pergi ke Gampong Pande kemarin, saya melihat banyak sekali batu nisan.
Itu sangat menarik, dan menjadi lokasi utama kami untuk mengumpulkan data. Kami mengambil banyak foto dan video.
Kami memang lelah, tapi saya belajar banyak dari sana. Saya sangat berharap bisa kembali lagi ke Banda Aceh suatu hari nanti. Terima kasih”. Ucap Haruka Mori, mahasiswa Keio University, Jepang mengaku ingin kembali ke Banda Aceh.
Menurut koordinator kegiatan, Rahmad Dawood dari Program Studi Teknik Komputer USK, kegiatan ini tidak hanya mengasah kemampuan berpikir kritis peserta, namun juga memperkuat kolaborasi lintas negara.
“Pada kegiatan ini peserta diajak untuk berpikir bagaimana budaya tidak hanya dikenang, tapi juga dipelajari, dijaga, dan disebarluaskan dengan pendekatan berbasis data dan teknologi”.
Program ini diselenggarakan berkat dukungan SOI Asia, USK, serta kerja sama dari masyarakat lokal, tokoh adat, dan akademisi, serta mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak seperti Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah I, dalam memberikan akses penting ke lokasi-lokasi situs budaya.
Begitu juga dukungan ini juga datang dari Pemerintah Gampong Lubok Sukon Aceh Besar, dan Gampong Pande Banda Aceh, yang menyambut para peserta dengan hangat dan terbuka, serta sangat mendukung proses pengumpulan data.
Melalui kegiatan ini, EBA Fieldwork menjadi wadah belajar, berbagi, dan membangun semangat pelestarian warisan budaya di Asia.
Kegiatan ini terdokumentasi secara visual melalui serangkaian foto-foto peserta dan kegiatan lapangan, termasuk momen interaksi dengan warga.
Penggunaan alat seperti drone untuk pemetaan budaya, kamera 360, dan scanner Creality untuk mendapatkan visual 3D dari beberapa artefak peninggalan sejarah.
Di akhir program, mereka mempresentasikan temuan dan prototipe digital dari setiap kelompok kepada panitia, dan peserta lainnya.
Dokumentasi ini akan menjadi bagian dari laporan akhir dan publikasi bersama.
Rangkaian kegiatan EBA Fieldwork ini ditutup dengan kunjungan budaya ke berbagai situs ikonik lainnya di Banda Aceh, seperti Museum Tsunami, Kapal Apung, Masjid Raya Baiturrahman, dan wisata pantai Lampuuk, Aceh Besar.(*)