Lahan Bawang Merah di Pidie Aceh Diserang Hama Ulat

Lahan Bawang Merah di Pidie Aceh Diserang Hama Ulat

Pidie|BidikIndonesia.com –  Serangan hama ulat penggerek batang menyerang lahan bawang merah di kawasan Kecamatan Simpang Tiga Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh. Hal itu telah meresahkan para petani sehingga dikhawatirkan akan merusak hasil produksi dan berakibat gagal panen.

Pengamatan di kawasan Desa Pulo Blang, Kecamatan Simpang Tiga misalnya, sekitar 3 hektare tanaman bawang merah rusak di serang ulat berwarna hijau tersebut. Hama ulat kecil se ukuran ujung lidi itu paling parah menyerang saat malam hari.

“Kalau siang sulit menemukan ulat penggerek batang bawah itu. Saat terik matahari atau cuaca panas turun ke bawah atau berdiam di balik rumput bersembunyi. Malam baru menyerang,” kata salah seorang petani bawang merah, Fadlon, di Desa Pulo Blang, Kamis, 24 Juli 2025.

Fadlon menjelaskan populasi ulat berwarna hijau itu sangat cepat. Empat hari saja tidak terkontrol sekitar 2.000 meter lahan bawang habis digasak.

Lebih parah lagi bila tidak segera diatasi atau disemprot pestisida, akan meluas menyerang ke berbagai penjuru sekitar. Lalu dedaunannya gosong mengering seperti jerami.

Bacaan Lainnya

“Bahkan kalau habis menyerang bagian daun bawang, seterusnya akan menggerogoti isi buah atau umbiyan bawang” ungkap Muhammad Amin, petani lainnya.

Dikatakan Amin, sekitar 250 meter lahan bawang merah miliknya harus dipanen lebih awal setelah diserang hama ulat berbahaya itu. Itu sebabnya hasil produksi menurun dari biasanya 1 banding 20 kg, kali ini hanya menghasilkan  1 banding sepuluh kg.

“Biasanya 100 kg benih bisa menghasilkan 2 ton bawang merah. Itupun kwalitas umbiyan nya rendah” ungkap Amin.

Kasubbag Program dan Keuangan Kantor Camat Simpang Tiga, Mustamar Arifina, mengatakan sekitar 50 hektare bawang merah ditanami di wilayah kecamatan pesisir Selatan Malaka itu. Itu merupakan wilayah produksi bawang merah untuk menutupi pasar lokal Aceh dan Medan Sumatera Utara.

“Di sini sudah tiap tahun dilakukan. Petani disini melakukan itu selain bersahabat dengan musim kemarau yang rawan terhadap tanaman padi, juga untuk memanfaatkan kekosongan musim padi dengan menggantikan bawang merah. Menariknya hasil produksi panen dan harga bawang merah juga sangat menjanjikan,” ungkap Mustamar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *