Kondisi Jembatan Kayu Hutan Kota BNI Tibang Membahayakan Pengunjung

Kondisi Jembatan Kayu Hutan Kota BNI Tibang Membahayakan Pengunjung
Sebuah keluarga sedang melintasi jembatan kayu di Hutan Kota Tibang yang sudah tidak layak digunakan (Gambar: Amira Layyina)

Banda Aceh | Bidik IndonesiaSejak diresmikan pada tahun 2010, Hutan Kota BNI atau yang juga dikenal sebagai Hutan Kota Tibang menjadi salah satu destinasi favorit masyarakat. Inovasi dan kesejukan kawasan ini menarik banyak pengunjung sebab selain hijau, lokasi ini dipenuhi papan informasi yang edukatif. Namun, setelah 15 tahun berlalu, kondisinya kini jauh dari harapan.

Berdasarkan observasi lapangan pada 18 Februari 2025, kawasan ini lebih menyerupai lokasi uji nyali dibandingkan ruang hijau yang nyaman. Semak belukar tumbuh tak terkendali, dedaunan kering menumpuk, dan tampaknya sudah lama tidak dibersihkan. Papan informasi pun terlihat pudar dan rusak di beberapa tempat, menandakan kurangnya perawatan.

Papan informasi tanaman yang sudah lepas (Gambar: Amira Layyina)

Namun, permasalahan utama di Hutan Kota Tibang terletak pada kondisi jembatan kayunya atau yang dinamakan dengan Jembatan Tajuk. Fasilitas ini kini membahayakan keselamatan pengunjung, terutama anak-anak. Dari hasil pengamatan, terdapat lebih dari 20 titik yang mengalami kelapukan atau bahkan kehilangan kayu sepenuhnya. Beberapa bagian terasa tidak stabil dan goyang ketika diinjak. Bahkan, ada satu titik yang mengharuskan pengunjung turun ke bawah karena sudah tidak dapat dilewati.

Salah satu titik dari jembatan kayu Hutan Kota Tibang yang sudah rusak (Gambar: Amira Layyina)

Selain itu, beberapa bagian jembatan memiliki ketinggian yang cukup berbahaya jika ada pengunjung yang terpeleset ke lubang kayu yang lapuk atau hilang. Keberadaan paku berkarat yang tersebar di beberapa bagian jembatan juga menambah risiko kecelakaan bagi pengunjung.

Azhar (30), seorang pengunjung, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi fasilitas tersebut. 

Bacaan Lainnya

“Ini pertama kalinya saya datang lagi setelah lima tahun, dan sekarang kondisinya sangat tidak ramah anak. Saya harus terus mengawasi anak saya agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.

Suci (20), seorang mahasiswa yang rutin berolahraga di kawasan ini, mengaku sengaja menghindari jembatan kayu karena kondisinya sudah sangat buruk dan tidak layak dilewati. 

“Saya sengaja hanya melewati jalan setapak karena berlari di jembatan kayu sangat tidak memungkinkan. Selain itu, ada suara decitan yang membuat saya khawatir.”

Hal serupa juga diungkapkan oleh Adelia (40), warga setempat yang telah mengunjungi Hutan Kota Tibang selama 10 tahun terakhir. 

“Lima tahun terakhir saya menghindari jembatan kayu karena saya memiliki anak kecil. Kami berharap ada perbaikan karena lokasi ini penting bagi masyarakat. Banda Aceh tidak memiliki banyak ruang hijau seperti ini,” tuturnya.

Kondisi ini menjadi masalah signifikan bagi masyarakat, mengingat pentingnya ruang terbuka hijau yang aman dan nyaman. Masyarakat berharap pihak terkait segera mengambil langkah perbaikan agar Hutan Kota Tibang kembali menjadi tempat rekreasi yang layak bagi semua kalangan.[mia]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *