Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Aceh mengungkapkan bahwa mayoritas korban pinjaman online (pinjol) ilegal dan investasi bodong di provinsi itu ialah perempuan, khususnya ibu rumah tangga (IRT).
Kepala OJK Aceh, Daddi Peryoga, menyebutkan bahwa para IRT kerap menjadi sasaran utama pelaku pinjol ilegal karena lebih sering menerima tawaran dan dinilai lebih emosional dalam mengambil keputusan.
“Mayoritas yang melapor adalah ibu-ibu. Mungkin mereka mendapatkan penawarannya lebih banyak. Ibu-ibu ini kan lebih emosional ya,” ujar Daddi.
Sepanjang Mei 2025, OJK Aceh mencatat 149 pengaduan terkait entitas keuangan ilegal. Dari jumlah itu, 139 di antaranya terkait pinjol ilegal dan 13 lainnya investasi ilegal.
Daddi meminta masyarakat berhati-hati terhadap iming-iming produk keuangan yang menjanjikan keuntungan besar, terutama jika tidak masuk akal dan berasal dari entitas yang belum berizin.
“Kalau imbal hasilnya terlalu besar dan tak logis, patut dicurigai,” ucapnya.
Ia juga mengimbau agar masyarakat membantu memberantas aktivitas keuangan ilegal dengan melapor ke layanan Kontak 157 OJK.
“Laporkan ke OJK. Biar kita mencatat, berdiskusi dan menyusun strategi memberantasnya dengan Satgas PASTI (Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal),” katanya.
Literasi keuangan jadi fondasi keluarga
Plt Sekretaris Daerah Aceh, M Nasir, menilai perempuan kini menjadi sasaran empuk dari berbagai modus penipuan keuangan. Mulai dari investasi ilegal, pinjaman daring tak berizin, hingga skema money game yang menjanjikan keuntungan instan.
“Jika memang ada kebutuhan untuk memperoleh dukungan permodalan atau pembiayaan usaha, gunakanlah jalur-jalur yang sah dan aman yang berada dalam pengawasan otoritas resmi seperti OJK dan BI. Jangan mudah tergoda oleh janji manis yang belum tentu berdasar,” tegas Nasir.
Ia mengingatkan, dampak aktivitas keuangan ilegal tidak hanya merugikan secara materi, tapi juga bisa menghancurkan keharmonisan keluarga.
“Dampaknya tidak hanya merugikan secara materi, tapi juga bisa menimbulkan luka batin, kehancuran kepercayaan diri, bahkan ketidakharmonisan dalam keluarga,” ujar Nasir.
Menurut dia, literasi keuangan seharusnya menjadi fondasi utama dalam membangun ketahanan keluarga dan masyarakat. Dengan pemahaman keuangan yang baik, warga bisa terhindar dari jebakan penipuan berkedok investasi atau pinjaman daring.