Dinas P&K Lhokseumawe Bidang Kebudayaan Gelar Belajar Bersama Canang Ceureukeh untuk Pelajar dan Sanggar Seni

Dinas P&K Lhokseumawe Bidang Kebudayaan Gelar Belajar Bersama Canang Ceureukeh untuk Pelajar dan Sanggar Seni

LHOKSEUMAWE | bidikindonesia.com, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, melalui Bidang Kebudayaan, mengadakan kegiatan Belajar Bersama Canang Ceureukeh bagi pelajar SMP, SMA, SMK, dan anggota sanggar seni se-Kota Lhokseumawe. Acara ini berlangsung selama tiga hari, dari 16 hingga 18 Desember 2024, di Museum Kota Lhokseumawe, mulai pukul 10.00 hingga 16.00 WIB. Senin, 16 Desember 2024.

Kegiatan ini merupakan bagian dari program Perlindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Koleksi Secara Terpadu. Sebanyak 40 peserta antusias mengikuti pelatihan, yang bertujuan untuk melestarikan seni tradisional Aceh khususnya canang ceureukeh yang telah disahkan Pemerintah sebagai Alat Musik Traditional asli Kota Lhokseumawe punya.

Mewakili Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Lhokseumawe, Kepala Bidang Kebudayaan, Asep Rahmat Mulyana, S.Sos., menyampaikan apresiasi terhadap semangat para peserta. “Kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan dan memperkenalkan seni tradisional Aceh, khususnya Canang Ceureukeh, kepada generasi muda. Melalui pelatihan ini, diharapkan muncul bakat-bakat baru yang mampu menjaga warisan budaya ini,” ujarnya.

Asep Rahmat juga menambahkan bahwa pelestarian budaya tradisional harus dilakukan secara berkelanjutan. “Kegiatan ini tidak hanya sebatas pembelajaran, tetapi juga menjadi upaya konkret dalam memanfaatkan dan melindungi seni budaya daerah kita agar tetap relevan di masa depan,” tambahnya.

Dua pemateri utama, Ilham Rizki Pratama, S.Pd., yang akrab disapa Raja Gartamis, dan Junaidi Hasballah, memberikan materi terkait teknik bermain Canang Ceureukeh dan maknanya dalam tradisi Aceh.

Bacaan Lainnya

Ilham Rizki Pratama menjelaskan, “Canang Ceureukeh adalah salah satu seni musik tradisional yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Aceh. Melalui kegiatan ini, kita ingin generasi muda memahami nilai budaya di balik setiap nada dan irama yang dihasilkan oleh alat musik ini.”

Sementara itu, Junaidi Hasballah menambahkan pentingnya menjaga keaslian seni tradisional. “Selain belajar teknik dasar, peserta juga kami ajak untuk memahami filosofi Canang Ceureukeh agar mereka tidak hanya sekadar memainkannya, tetapi juga menjadikan seni ini sebagai bagian dari identitas budaya mereka,” paparnya.

Kegiatan ini diharapkan mampu menginspirasi generasi muda Kota Lhokseumawe untuk terus melestarikan seni dan budaya lokal, menjadikannya warisan yang tetap hidup di tengah arus modernisasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *