Di Acara Leadership Advance Training PII Aceh, Prof Mukhlis Bahas Islam dan Perspektif Modernitas

Di Acara Leadership Advance Training PII Aceh, Prof Mukhlis Bahas Islam dan Perspektif Modernitas

BANDA ACEH, BidikIndonesia.com  Pengurus Wilayah Pelajar Islam Indonesia (PII) Aceh menggelar acara Leadership Advance Training (LAT) dengan menghadirkan Dosen dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala, Prof Mukhlis Yunus, sebagai pemateri pada Minggu 2 Juni 2024, di Hotel Jeumpa Banda Aceh.

Acara ini juga dihadiri oleh Ketua Umum Pengurus Wilayah PII, Amsal, serta Muhammad Rizki Pratama yang merupakan sekretaris umum Pengurus Wilayah PII periode 2021-2024.

Pada kegiatan bertajuk ‘Islam dan Perspektif Modernitas’ itu, Prof Mukhlis menjabarkan hubungan keterikatan antara agama Islam dengan pandangan modernitas.

Dalam pemaparannya, ia menekankan bahwa gerakan modernisasi atau gerakan reformasi Islam merupakan upaya untuk menyesuaikan ajaran Islam dengan tatanan dunia baru yang diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

Dengan pembaharuan ini, para pemimpin Islam berharap agar umat Islam terbebas dari ketertinggalan dan dapat mencapai kemajuan yang setara dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Bacaan Lainnya

“Modernisasi dalam hal ini berarti sebuah bentuk perubahan tatanan atau transformasi dari keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang, ke arah yang lebih baik, dengan harapan akan tercapai kehidupan masyarakat yang lebih maju, berkembang, dan makmur,” ujar Prof Mukhlis.

Kemudian ia melanjutkan, dalam kontekstualisasi ajaran Islam, pembaharuan dalam Islam bukan berarti mengubah, mengurangi, atau menambah teks Al-Quran maupun hadis, melainkan hanya menyesuaikan pemahaman atas keduanya dalam menjawab tantangan zaman yang senantiasa berubah.

Prof Mukhlis menegaskan bahwa modernisasi dalam Islam tidak lepas dari kerukunan antar agama, khususnya di Indonesia. Agama, menurutnya, mestinya menjadi sumber untuk peningkatan peradaban, bukan sebagai identitas kelompok sosial.

Ia menyampaikan, kehadiran agama-agama yang berbeda seharusnya mengintegrasikan, bukan malah menjadi arena pengukuhan segregasi sosial dan kekerasan. Agama dapat meneguhkan nilai-nilai Pancasila ketika dimaknai oleh pemeluknya sebagai sumber peradaban dalam masyarakat plural seperti Indonesia.

“Kedewasaan beragama merupakan aspek penting dalam menciptakan masyarakat yang harmonis dan rukun,” katanya.

Ia juga menyebutkan ada 10 syarat yang harus dipenuhi untuk mencapai kedewasaan dalam beragama, antara lain:

  1. Pendidikan kebangsaan.
  2. Pendidikan keagamaan yang berwawasan keindonesiaan.
  3. Pendidikan multikultural di rumah, di sekolah, dan di dalam masyarakat.
  4. Sosialisasi kebersamaan.
  5. Meningkatkan dialog inter dan antar umat beragama.
  6. Mengakui dan menghormati hari-hari besar keagamaan.
  7. Melakukan kegiatan-kegiatan sosial yang melibatkan lintas umat beragama dan keamanan di hari-hari besar.
  8. Kebersamaan dalam kegiatan kemanusiaan.
  9. Memaksimalisasi kapasitas kelembagaan yang berkonsentrasi pada kerukunan lintas agama.
  10. Mendorong kemauan politik pemerintah untuk mewujudkan kebersamaan.

Selain itu, acara Leadership Advance Training (LAT) ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan memperkuat komitmen para peserta dalam menciptakan masyarakat yang lebih toleran dan harmonis.[KBA]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *