Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Presiden Dewan Energi Mahasiswa (DEM) Aceh, Faizar Rianda, mengapresiasi capaian sektor migas Aceh yang mencatatkan produksi harian sebesar 18.407 barrel oil equivalent per day (BOEPD) pada kuartal pertama 2025.
Angka itu melampaui target tahunan sebesar 15.652 BOEPD atau setara 118 persen dari rencana kerja.
Faizar menyebut capaian itu sebagai hasil dari sinergi antara Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), Pemerintah Aceh, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), serta para kontraktor migas.
“Ini bukan semata pencapaian angka, tapi bukti kolaborasi dan kepemimpinan yang efektif,” kata Faizar kepada AJNN.
Faizar mengatakan tak hanya dari sisi produksi, realisasi lifting migas juga menunjukkan tren positif.
Total lifting mencapai 11.360 BOEPD, melebihi target 9.625 BOEPD. Rinciannya, produksi minyak mentah tercatat 2.177 barel per hari, gas bumi 90,89 juta kaki kubik per hari, serta penyaluran gas 52,29 juta kaki kubik per hari.
Faizar menilai capaian ini menunjukkan bahwa sektor energi Aceh berada di jalur yang tepat.
Ia juga mendorong agar keberhasilan tersebut dikawal dengan penguatan dampak ekonomi langsung bagi masyarakat.
“Dana Bagi Hasil (DBH) harus dikelola secara transparan dan digunakan untuk program strategis seperti pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur,” kata Faizar.
Menurut Faizar, capaian ini seharusnya menjadi momentum untuk mempercepat eksplorasi dan membuka wilayah kerja (WK) baru. BPMA, kata Faizar, tidak boleh terlena dengan capaian produksi migas saat ini.
Fokus utama ke depan adalah memperkuat eksplorasi demi keberlanjutan industri migas Aceh.
Saat ini, dari delapan WK yang ada di Aceh, hanya tiga WK A, WK B, dan WK Pasee yang aktif memproduksi.
Sementara WK Lhokseumawe masih tertahan di tahap pengembangan sejak 2019.
Faizar mengatakan bahwa Aceh masih memiliki banyak potensi migas yang belum tergali.
Dia berharap BPMA bersama Pemerintah Aceh terus berupaya membuka WK baru dan mencari investor guna mendorong eksplorasi.
“Penyederhanaan proses perizinan dan administrasi penting agar investasi dapat berjalan lebih cepat dan efisien.
Dengan langkah ini, kita beraharap sektor migas Aceh dapat kembali tumbuh, menciptakan lapangan kerja baru, dan memperkuat keberlanjutan energi daerah,” kata Faizar.
Faizar menekankan pentingnya memastikan bahwa sektor migas tidak hanya menjadi penggerak ekonomi, tetapi juga instrumen pemerataan dan keadilan sosial.
“Produksi tinggi patut diapresiasi, tapi yang terpenting adalah manfaatnya dirasakan oleh masyarakat,” kata Faizar.***