Akademisi Tanam Pohon di Sabang, Usai Rakernas

Akademisi Tanam Pohon di Sabang, Usai Rakernas

Sabang|BidikIndonesia.com – Sejumlah akademisi dari Perkumpulan Program Studi Ilmu Lingkungan Hidup Indonesia (Pepsili), lakukan penanaman pohon di Kota Sabang. Kegiatan tersebut dilakukan usai melakukan rapat kerja nasional yang digelar di Banda Aceh.

Kegiatan Penanaman pohon ini juga dalam rangka menyambut Hari Lingkungan Hidup yang diinisiasi oleh Program Studi Magister Pengelolaan Lingkungan Universitas Syiah Kuala (USK) bersama Perkumpulan Program Studi Ilmu Lingkungan Hidup Indonesia (Pepsili). Lokasi yang dipilih yakin di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Lhok Batee, Kota Sabang.

Guru Besar Ilmu Pencemaran Lingkungan Universitas Sebelas Maret, Prof. Prabang Setyono, saat diwawancarai RRI pada kegiatan itu menyampaikan, kegiatan ini juga menjadi bagian dari rapat kerja nasional Pepsili. Forum ini mempertemukan akademisi dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia, mulai dari Sabang hingga Merauke, untuk memperbarui kurikulum dan merumuskan solusi terhadap persoalan lingkungan di daerah masing-masing.

“Sabang dipilih sebagai lokasi kegiatan karena memiliki keunikan tersendiri, terutama terkait pengelolaan sampah di TPA Lhok Batee. TPA tersebut telah menerapkan sistem pengendalian enfil, sehingga dapat menjadi contoh baik yang dapat direplikasi ke daerah lain di Indonesia,” ujar Prof Prabang.

Ia menambahkan, kunjungan ke daerah dalam rangka Rakernas Pepsili tidak hanya sekadar agenda rutin, melainkan juga bentuk aktualisasi peran akademisi dalam memberikan masukan dan solusi terhadap persoalan lingkungan. Dikatakan pihaknya juga mencari masalah di lapangan, lalu memberi masukan dari perspektif keilmuan lingkungan.

Bacaan Lainnya

“Penanaman pohon yang kita lakukan ini juga sebagai langkah mitigasi perubahan iklim. Yang namanya penanaman pohon itu harus diperbanyak, karena dengan pohon kita bisa menyerap gas rumah kaca,” terangnya.

Ia mencontohkan, penanaman mangrove seluas satu hektar per tahun dapat menyerap sekitar 139,75 juta ton CO2. Dengan demikian, gerakan penghijauan seperti yang dilakukan di Sabang diharapkan dapat memberi kontribusi nyata, tidak hanya bagi masyarakat lokal, tetapi juga untuk keberlanjutan lingkungan hidup secara global.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *