Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Wamendagri Bima Arya Sugiarto ingin membangun Pemerintah Kota (Pemkot) Banda Aceh sebagai “Kota Parfum”.
Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) menilai karena selama ini banyak tanaman ekosistem berbau wangi dan semerbak khas Kota Banda Aceh.
Potensi wewangian alam tersebut, yang membuat Wamendagri Bima Arya menyayangkan bila hanya melegenda di kotanya saja.
Untuk diketahui, beberapa tanaman Aceh yang bisa dieksplorasi menjadi ladang cuan parfum, antara lain Bunga Cempaka kuning atau Bungong Jeumpa, Bungong Seulanga yang dikenal dengan kembang kenanga, bungong meuleu atau melati besar yang menumpuk, Bungong Asoka ungu yang memiliki sedikit bau manis karena ada kandungan madu alami di penguhujung batangnya bila dicabut.
Selain itu, ada juga aroma akar Meuleu, kulit pohon Grupel yang memiliki aroma lembut dan Aroma Kopi Aceh yang lebih menyegarkan
“Branding itu ganti logo, sayembara, kemudian pakai tagline, terus semangat.
It’s not that simple, tidak sesederhana itu,” ujar Bima saat menghadiri acara Seminar dan Lokakarya (Semiloka) Road to Launching Banda Aceh Kota Parfum di BSI Landmark Aceh, Aceh.
Bima Arya menekankan pentingnya membangun narasi kota yang otentik dan berkelanjutan.
Ia mencontohkan sejumlah kota di dalam negeri yang memiliki branding yang kuat. Mulai dari Bogor kota Hujan, Bali disebut Parijis Van Bally, Tomohon kota seribu bunga, Banyuwangi the Sunrise of Java dan kota lainnya di Indonesia.
Untuk Provinsi Aceh secara umum sudah terkenal dengan penghasil kopi terbaik, termasuk beberapa kota di dalamnya mulai dari Kabupaten Bener Meriah, Gayo, dan Aceh Tengah.
Oleh karena itu, Banda Aceh akan “di–branding“sebagai Kota Parfum.
Ia menuturkan dalam membranding ciri khas suatu kota atau Provinsi tidak bisa dituntaskan hanya satu atau dua tahun.
Artinya, memang dibutuhkan strategi jangka panjang yang melampaui masa jabatan kepala daerah saat ini.
Maka, ia berharap siapapun yang menjadi Kepala Daerahnya nanti, nama Banda Aceh akan termasyur menjadi Kota Parfum.
“Jadi Kota Parfum ini enggak boleh, walaupun idenya luar biasa keren, enggak boleh identik hanya masa jabatan Ibu Illiza. Enggak bisa,” tegasnya.
Lebih lanjut, Bima menekankan pentingnya membangun ekosistem yang melibatkan semua unsur, mulai dari pemerintah, masyarakat, pelaku usaha, hingga akademisi.
Ia juga menyoroti perlunya edukasi masyarakat, penataan kawasan, pengelolaan sampah, serta penguatan karakter warga dalam mendukung citra kota.
“Sekarang bagaimana kita melakukan edukasi, supaya warga di sini nyambung dengan branding sebagai Kota Parfum,” ucapnya.
Bima juga mengapresiasi langkah awal yang telah dilakukan Pemkot Banda Aceh.
Ia berharap acara ini dapat memperkuat citra Banda Aceh sebagai Serambi Mekah sekaligus Kota Parfum yang berkelas dunia.
“Saya mendoakan semoga Bu Illiza diberikan Allah kekuatan bersama Wakil [Wali Kota] ya, Pak Ketua Dewan juga kasih pendukung semua supaya bisa membangun ekosistem dari hulu ke hilir untuk penguatan itu,” pungkasnya.
Sebagai informasi, acara tersebut dihadiri oleh Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal, Wakil Wali Kota Banda Aceh Afdhal Khalilullah, Sekretaris Utama Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf) Dessy Ruhati.
Termasuk juga Staf Khusus Menteri Ekraf Rian Firmansyah, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh Irwansyah, Rektor Universitas Syiah Kuala Marwan, serta pihak terkait lainnya.***