Usai Jadi Korban KDRT Cut Intan Nabila dan Anak-anaknya Trauma

Usai Jadi Korban KDRT Cut Intan Nabila dan Anak-anaknya Trauma

BOGOR – Selebgram Cut Intan Nabila mengalami trauma mendalam usai menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dilakukan sang suami, Armor Toreador. Bahkan, trauma mendalam juga dialami oleh anak pertama dan kedua Cut Intan Nabila, yakni AAA (4) dan ZZZ (3). Masih trauma Asisten Deputi Pelayanan Perempuan Korban Kekerasan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Ratih Rachmawati mengatakan, saat ini Cut Intan Nabila masih trauma dan memerlukan pemulihan.

“Masih trauma, masih syok,” ucap Ratih kepada wartawan, Rabu (14/8/2024). Ratih mengatakan, trauma yang masih dialami Cut Intan Nabila membuatnya tak bisa memberikan informasi secara detail mengenai kasus KDRT yang dilakukan Armor terhadapnya.

Menurut Ratih, korban butuh waktu untuk menenangkan diri sehingga nantinya ia bisa memberikan keterangan.

dikutip dari Kompas.com Anak-anak Cut Intan Nabila takut bertemu laki-laki Kapolres Bogor AKBP Rio Wahyu Anggoro mengatakan, pihaknya sempat kesulitan saat hendak masuk ke dalam rumah Cut Intan Nabila yang menjadi lokasi tempat kejadian perkara (TKP) KDRT.

Hal itu disebabkan anak pertama dan kedua Cut Intan Nabila takut bertemu dengan laki-laki lantaran mengalami trauma mendalam akibat KDRT yang dilakukan Armor.

Bacaan Lainnya

“Perlu kami jelaskan bahwa kemarin anggota kami sudah 13.30 WIB sampai di TKP, namun kami baru bisa masuk pada pukul 14.00 WIB karena kami menunggu penyidik polwan,” kata Rio dalam konferensi pers di Polres Bogor, Rabu. “Bahwa kami menjaga traumatik dari anak-anak korban karena informasi yang kami dapat dari luar sekitar dengan ART bahwa anak-anak korban sangat takut ketemu sama laki-laki,” sambungnya. Diberi pendampingan psikologis Ratih mengatakan, KemenPPPA akan memberikaan pendampingan psikologis terhadap Cut Intan Nabila beserta ketiga anaknya.

“Kami bekerja sama dengan Dinas PPPA Kabupaten Bogor akan melakukan pendampingan psikologis dan ketika dibutuhkan terkait dengan psikiater. Tadi saya dapat informasi juga dari Dinas PPPA bahwa psikiater juga sudah tersedia. Psikologis klinis tersedia di sini, tentunya kami akan tindak lanjuti sesuai dengan hasil assesments,” ujar Ratih. Pendampingan paikologis yang diberikan akan disesuaikan dengan hasil asessment. Jika diperlukan lebih dari satu tenaga pendamping, KemenPPPA akan menambah jumlah personel yang terlibat dalam mendampingi korban dan keluarganya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *