Banda Aceh – Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Prof. Mujiburrahman, mengumumkan rencana pembangunan Museum Perdamaian di lingkungan kampus sebagai pusat riset, dokumentasi, dan pembelajaran perdamaian Aceh. Pengumuman ini disampaikan pada Kamis (14/8/2025) dalam acara penganugerahan Peace Award bagi 27 tokoh perdamaian Aceh, yang digelar untuk memperingati 20 tahun penandatanganan perjanjian damai Helsinki.
Menurut Mujiburrahman, pendirian museum ini merupakan langkah strategis untuk menghimpun seluruh dokumen, arsip, dan catatan penting proses damai Aceh agar tersimpan rapi dan dapat menjadi referensi bagi generasi mendatang maupun bangsa lain. Saat ini, kata dia, banyak dokumen perdamaian yang masih tersebar di berbagai pihak sehingga berisiko hilang atau tercecer.
“Kalau dokumen-dokumen ini tidak segera dikumpulkan, mereka akan tercecer. Padahal nanti, ketika ada kunjungan dari negara lain dan mereka bertanya mana buku atau catatan resmi tentang perdamaian Aceh, kita harus sudah siap menunjukkannya,” ujarnya.
Ia menegaskan, pengalaman Aceh menjadi salah satu model penyelesaian konflik terbaik di dunia. Hal itu terlihat dari reputasi Jusuf Kalla (JK) sebagai mediator internasional setelah sukses memfasilitasi perdamaian Aceh.
“Setelah Aceh, Pak JK langsung dihubungi negara lain seperti Filipina, Myanmar, dan terakhir pada 2024 menerima dua tokoh dari Hamas. Itu menunjukkan bahwa perdamaian Aceh relevan secara global,” kata Mujiburrahman.
Rektor UIN Ar-Raniry juga menyampaikan, museum ini akan berfungsi ganda, yaitu sebagai ruang pamer sejarah dan pusat pelatihan serta kajian resolusi konflik. Ia berharap, keberadaan Museum Perdamaian akan menjadi purwarupa perdamaian dunia.
Selain itu, ia menekankan bahwa perdamaian bukan sekadar ketiadaan konflik, melainkan fondasi untuk membangun generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan berdaya saing. “Generasi muda harus menjadi penjaga estafet perdamaian, bukan hanya penikmat hasilnya. Dialog selalu lebih mulia daripada kekerasan, dan pembangunan hanya bermakna jika berdiri di atas keadilan dan persatuan,” tambahnya.
Pengumuman rencana pembangunan museum ini menjadi salah satu momen penting dalam rangkaian peringatan 20 tahun damai Aceh, yang juga diisi dengan penganugerahan Peace Award sebagai bentuk apresiasi terhadap para tokoh yang berjasa menjaga perdamaian. UIN Ar-Raniry berharap kehadiran Museum Perdamaian kelak akan menginspirasi dunia dan memastikan nilai-nilai rekonsiliasi Aceh tetap hidup lintas generasi.[mia]