Barisan siswa SLB CD YPAC Banda Aceh yang turut memeriahkan Pawai Budaya Banda Aceh pada Senin (18/8/2025). (Amira Layyina/Bidik Indonesia)
Banda Aceh, Bidik Indonesia – Pawai Budaya dalam rangka HUT ke-80 Republik Indonesia di Banda Aceh, Senin (18/8/2025), berlangsung meriah dengan partisipasi tujuh Sekolah Luar Biasa (SLB). Kehadiran para siswa berkebutuhan khusus ini disambut antusias masyarakat yang memadati jalan-jalan utama kota.
Para pelajar SLB tampil penuh percaya diri dengan balutan busana adat Nusantara, karya berbasis budaya, hingga replika kostum nasional. Setiap siswa juga didampingi seorang pendamping untuk memastikan kenyamanan dan keamanan selama menempuh rute pawai. Kehadiran mereka menjadi sorotan karena menunjukkan semangat inklusivitas dan keberagaman dalam perayaan kemerdekaan.
Wali Kota Banda Aceh, Illiza Saaduddin Djamal, dalam sambutannya menegaskan bahwa pawai budaya bukan sekadar hiburan tahunan, melainkan sarana memperkenalkan sekaligus melestarikan budaya bangsa kepada generasi muda. “Melalui kegiatan ini, kita menanamkan nilai kebersamaan sekaligus merawat warisan budaya kepada anak-anak kita,” ujarnya.
Selain SLB, pawai budaya juga diikuti oleh ratusan sekolah umum. Secara keseluruhan, 135 regu peserta tampil, terdiri dari 67 regu SD, 34 regu SMP, dan 34 regu SMA, dengan total sekitar 4.185 pelajar.
Pawai Budaya 2025 menempuh rute sejauh 4,18 kilometer yang dimulai dari Stadion Harapan Bangsa, Lhong Raya, lalu melintasi Pendopo Gubernur Aceh, Museum Aceh, dan Lapangan Bola Jasdam Iskandar Muda, sebelum berakhir di kawasan eks Hotel Aceh dekat Masjid Raya Baiturrahman. Jalur ini dipilih karena melewati ikon-ikon bersejarah sekaligus titik strategis kota, sehingga warga dapat menyaksikan kemeriahan dari berbagai sudut Banda Aceh.
Meski ada kekhawatiran dari sebagian orang tua terkait jarak tempuh, panitia memastikan rute kali ini justru lebih pendek sekitar 300 meter dibandingkan jalur Pawai Pekan Kebudayaan Aceh (PKA). “Kami juga menyiapkan pengamanan ekstra. Setiap sepuluh sekolah didampingi satu unit ambulans, dan panitia disiagakan di banyak titik sepanjang jalur,” ujar salah seorang panitia.
Partisipasi SLB pada pawai tahun ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya ruang yang inklusif. Bagi guru dan pendamping, kesempatan ini bukan hanya soal tampil di depan umum, tetapi juga ajang menumbuhkan rasa percaya diri, kebersamaan, serta semangat cinta tanah air di kalangan anak-anak.[mia]