Tugu Kilometer Nol Sabang Ditutup Sementara Mulai Senin 26 Mei 2025

Tugu Kilometer Nol Sabang Ditutup Sementara Mulai Senin 26 Mei 2025

Sabang|BidikIndonesia.com – Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh mengumumkan penutupan sementara kawasan Tugu Kilometer Nol di Taman Wisata Alam Pulau Weh, Sabang, mulai Senin, 26 Mei 2025 mendatang.

Penutupan ini dilakukan tanpa batas waktu yang ditentukan guna mendukung proses pemeliharaan struktur dan ornamen di sekitar tugu yang mengalami kerusakan.

Langkah ini diambil untuk mencegah potensi bahaya yang dapat mengancam keselamatan pengunjung.

“Kegiatan ini bertujuan untuk mengantisipasi potensi bahaya pada pengunjung akibat ornamen yang rusak dan berisiko jatuh sewaktu-waktu,” ujar Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Iboih, Tarmizi.

Ia menjelaskan bahwa penutupan bersifat sementara hingga proses perbaikan selesai dan kondisi kawasan dinyatakan aman.

Bacaan Lainnya

“Untuk hari ini dan besok masih dibuka. Wisatawan yang sudah berada di Sabang masih diperbolehkan berkunjung ke KM Nol, kecuali mulai Senin, 26 Mei 2025, lokasi akan ditutup,” jelasnya.

Menurut Tarmizi, proses perbaikan diperkirakan tidak akan berlangsung lama.

“Kalau aktivitas berjalan lancar, mungkin hanya memakan waktu 1 sampai 3 hari.

Perbaikan difokuskan pada penurunan ornamen rencong dan beberapa elemen lain yang berpotensi jatuh,” ujarnya.

Ia juga menyoroti belum adanya kejelasan mengenai pengelolaan kawasan Tugu KM Nol yang melibatkan tiga pihak, yaitu BPKS Sabang, BKSDA Aceh, dan Pemerintah Kota Sabang.

“Tugu KM Nol merupakan aset milik BPKS, lahannya berada di bawah kewenangan BKSDA, sementara wilayah administrasinya milik Pemko Sabang.

Beberapa waktu lalu anggota DPR RI dan menteri sudah datang dengan instruksi agar persoalan ini segera dituntaskan, sehingga pengelolaan KM Nol bisa lebih baik ke depannya,” terang Tarmizi.

Sementara itu, seluruh aktivitas wisata lainnya di wilayah Iboih seperti snorkeling, diving, dan dolphin trip dipastikan tetap berjalan normal.

Penutupan sementara ini berdampak pada wisatawan yang ingin mengunjungi ikon geografis paling barat Indonesia tersebut.

Pemerintah dan pihak terkait diimbau untuk menyosialisasikan informasi ini kepada masyarakat dan pelaku wisata.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *