Transaksi Riyal di Asrama Haji Banda Aceh Tembus Rp 35 Juta Per Hari

Transaksi Riyal di Asrama Haji Banda Aceh Tembus Rp 35 Juta Per Hari

Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Transaksi penukaran uang Rupiah ke uang Riyal pada gerai jasa penukaran uang milik Bank Syariah Indonesia (BSI) di Asrama Haji Embarkasi Aceh mencapai Rp30 juta hingga Rp35 juta per hari.

“Total penukarannya sekitar Rp30 jutaan untuk per harinya, tergantung kloter jamaahnya.

Ada juga sampai Rp35 juta,” kata salah seorang petugas jasa penukaran uang Riyal milik BSI, di Asrama Haji Embarkasi Aceh, Siti Kartika Rahmatillah.

Kartika menyebut, tarif tukar per satu Riyal saat ini senilai Rp 4.800.

Bagi jamaah yang ingin menukar uang pihaknya sudah menyediakan dalam bentuk paket, yakni satu paket nilainya Rp1.200.000 atau 250 Riyal.

Bacaan Lainnya

“Pecahannya itu ada 100 Riyal dua lembar, 200 Riyal jadinya.

Terus 10 Riyal tiga lembar jadi 30 Riyal, ada lima Riyal Empat lembar jadinya 20 Riyal. Totalnya 250 Riyal,” ujarnya.

Menurut Kartika, setiap harinya mereka menyiapkan sebanyak 100 paket uang Riyal untuk kebutuhan jamaah haji yang hendak berangkat ke Tanah Suci.

Dan setiap harinya jumlah yang laku berbeda-beda.

“Per harinya kita siapkan 100 paket. Per harinya habisnya ada 24, 27 sampai 30 paket,” ujarnya.

Kartika mengungkap, permintaan penukaran uang dari calon jamaah di Asrama Haji Aceh terbilang normal.

Namun, pihaknya siap memenuhi berapapun permintaan penukaran uang dari jamaah haji, baik secara cash maupun transfer.

Sebab, kata Kartika, ada sebagian jamaah yang menukar Rupiah dalam jumlah besar untuk berbagai keperluan selama berada di tanah suci. “Enggak ada limit.

Kalau tidak cukup 100 paket tetap ditampung, akan kita suplai lagi.

Sistem penukarannya juga kita mempermudah.

Kalau ada bawa cash boleh, kalau nggak ada bawa cash bisa transfer,” jelasnya.

“Jamaah yang nukar uang di sini kita berikan souvenir seperti bantal leher dan payung kecil,” lanjutnya.

Ia menambahkan, adapun jamaah yang paling banyak menukar uang rata-rata jamaah berasal dari luar Kota Banda Aceh.

Hal itu dikarenakan terbatasnya akses penukaran uang di daerah.

“Kalau misalnya dari Banda Aceh itukan udah banyak penukaran sebelumnya.

Mungkin ada yang pergi umrah atau sudah lama tukarnya.

Jadi mereka nggak banyak tukar kecuali dari luar Banda Aceh, seperti Takengon, Gayo Lues, Bener Meriah,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *