Telusuri Jejak Ulama Nusantara, PC ISNU Pidie Ziarahi Makam Waliyullah di Malaysia dan Thailand

Telusuri Jejak Ulama Nusantara, PC ISNU Pidie Ziarahi Makam Waliyullah di Malaysia dan Thailand

Sigli|BidikIndonesia.com – Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (PC ISNU) Kabupaten Pidie menziarahi makam dua Waliyullah di Malaysia dan Thailand, 24-25 Mei 2025.

Ziarah ini merupakan bagian dari upaya menelusuri jejak sejarah perjuangan ulama Nusantara di kawasan Asia Tenggara.

Adapun dua makam yang diziarahi adalah Makam Syaikhul Islam Syekh Syamsuddin As-Sumatrani di Melaka, Malaysia dan Makam Syekh Abdusshamad Al-Falimbani di Thailand.

Ketua PC ISNU Pidie, Nanda Saputra, MPd, menyampaikan hal ini kepada Serambinews.com, Minggu (25/5/2025).

Menurutnyaa, ziarah itu merupakan bagian dari langkah spiritual dan intelektual dalam menggali nilai-nilai spiritualitas dan nasionalisme dari ulama Nusantara.

Bacaan Lainnya

“Dua sosok ulama besar tersebut meskipun kini makamnya berada di Malaysia dan Thailand.

Namun kontribusinya sangat besar dalam memajukan peradaban Islam, baik di Nusantara maupun di negeri jiran,” ujar Nanda.

Profil kedua ulama itu

Syekh Abdusshamad Al-Falimbani merupakan ulama besar abad ke-18 asal Palembang, yang terkenal sebagai tokoh tasawuf dan pemikir Islam.

Ia lahir dari keluarga terpelajar; ayahnya, Syekh Abdurrahman Al-Falimbani, juga seorang ulama dan mubalig terkemuka pada masa Kesultanan Palembang Darussalam.

Sejak usia muda, ia menimba ilmu di Tanah Suci Mekkah dan Madinah.

Selain menjadi murid, ia juga dikenal sebagai pengajar dan penulis produktif.

Namanya tercatat sebagai ulama tasawuf yang mengikuti tarekat Syattariyah dan Naqsyabandiyah.

Ia juga dikenal sebagai intelektual yang sangat peduli terhadap dinamika politik dan sosial di kawasan Nusantara.

Sedangkan Syekh Syamsuddin As-Sumatrani merupakan ulama besar Aceh yang dikenal sebagai Syaikhul Islam Qadhi Malikul Adil.

Ia adalah mufti kerajaan, penasihat perang, pakar diplomasi, sastrawan, dan ulama tasawuf yang sangat berani.

Namanya melejit di masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, ketika Aceh mencapai puncak kejayaannya.

Menurut Nanda, dalam salah satu ekspedisi militer Kesultanan Aceh untuk menyerang Portugis di Melaka, Syekh Syamsuddin turut serta bersama pasukan Aceh, termasuk Panglima Pidie.

Sayangnya, mereka dikabarkan gugur dalam pertempuran tersebut.

Jasad Panglima Pidie dimakamkan di Puncak Gedung (Bukit China), yang kini dikenal sebagai Keramat Panjang.

Sementara jasad Syekh Syamsuddin As-Sumatrani dimakamkan di Kampung Ketek, Melaka.

“Serangan Aceh terhadap Portugis di Melaka kala itu merupakan respons strategis terhadap dominasi Portugis yang dikhawatirkan mengganggu konstelasi politik, ekonomi, budaya.

Bahkan agama di kawasan Asia Tenggara,” pungkas Nanda. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *