Simbol Kejayaan Sabang Masa Kolonial, Radio Zend Station

Simbol Kejayaan Sabang Masa Kolonial, Radio Zend Station

Sabang | BidikIndonesia – Kota Sabang atau yang juga dikenal Pulau Weh, dibalik keindahan alam yang sangat luar biasa menakjubkan, ternyata Pulau paling ujung Barat Indonesia ini juga menyimpan sejuta sejarah. Awalnya Sabang juga dikenal sebagai salah satu Pelabuhan internasional terpenting di Asia Tenggara pada masa kolonial.

Pelabuhan Sabang, yang dibangun pada tahun 1881 oleh Pemerintah Hindia Belanda, menjadi pusat pengisian air dan batubara untuk kapal yang berlayar di kawasan tersebut. Pelabuhan ini kemudian dikelola oleh Sabang Maatschappij dan menjadi sangat vital dalam perdagangan internasional, terutama untuk ekspor komoditi dari Aceh ke Eropa.

Pemerhati sejarah Sabang Albina Arrahman mengatakan, sebagai salah satu pelabuhan internasional yang strategis di kawasan Asia Tenggara, Sabang dilengkapi dengan berbagai fasilitas canggih pada zamannya.

Salah satu bukti kejayaan masa lalu adalah Radio Zend Station, stasiun radio telegraf pertama yang dibangun pada tahun 1908 di kawasan Hindia Belanda. Stasiun ini memainkan peran penting dalam komunikasi internasional pada masa itu, dan mampu menghubungkan Sabang dengan Eropa dan menjadi aset penting bagi kepentingan politik, militer, dan ekonomi Belanda.

“Stasiun ini dirancang untuk menghubungkan Sabang dengan pusat-pusat komunikasi di Eropa, terutama Belanda. Radio Zend Station memfasilitasi komunikasi telegrafik antara kapal-kapal yang berada di sekitar Samudera Hindia dengan daratan. Hal ini menjadikan Sabang sebagai titik strategis tidak hanya dalam perdagangan, tetapi juga dalam militer dan politik,” ujar Albina kepada habapublik.com, Senin (12/08/2024).

Bacaan Lainnya

Albina menuturkan, seiring dengan invasi Jepang pada tahun 1942 selama Perang Dunia II dan serangan Sekutu pada tahun 1944, Radio Zend Station mengalami kerusakan parah dan akhirnya ditinggalkan.

Hingga kini, bangunannya masih ada, menjadi saksi bisu sejarah kejayaan Sabang sebagai salah satu pelabuhan terpenting di Asia Tenggara pada masa itu.

“Nah, dengan penyerangan Sekutu pada tahun 1944 dan perpindahan kekuasaan ke tangan Jepang, stasiun ini hancur dan tidak pernah dibangun kembali. Tetapi bangunannya masih berdiri kokoh di depan SMPN 2 Sabang, mengingatkan kita pada kejayaan masa lalu Sabang,” tambahnya.

Stasiun ini tidak hanya penting dari segi teknologi komunikasi tetapi juga menjadi bukti sejarah sebagai simbol kemajuan yang pernah dicapai oleh Sabang di masa kolonial.[Habapublik]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *