Sambung Kembali Hubungan Aceh Darussalam dan Patani Darussalam, Cucu Sultan Aceh Kunjungi Patani

Sambung Kembali Hubungan Aceh Darussalam dan Patani Darussalam, Cucu Sultan Aceh Kunjungi Patani

Banda Aceh – Cucu Sultan Aceh Cut Putri, yang juga Pemimpin Darud Donya Aceh Darussalam, mengunjungi keluarga Kerajaan Patani di Thailand, kamis 3/8/2023. Kunjungan yang berlangsung beberapa hari itu diawali dengan pertemuan di Bangkok Thailand, yang dilanjutkan dengan muhibbah langsung ke Patani, sampai ke Narathiwat.

Kunjungan Cucu Sultan Aceh itu dilakukan untuk menjalin kembali silaturrahim antar keluarga Kesultanan Aceh Darussalam dan keluarga Kesultanan Patani Darussalam, dan juga untuk meneliti kembali sejarah besar Aceh diluar negera Aceh yang harus disatukan kembali.

Dalam kunjungan ini, Cut Putri juga berziarah ke kawasan-kawasan bersejarah antara Aceh Darussalam dengan Patani Darussalam.

Dalam pertemuan tersebut pihak keluarga Kerajaan Patani sangat bahagia dan menyambut baik kunjungan keluarga Kerajaan Aceh Darussalam.

Pihak keluarga Kerajaan Patani sangat mengapresiasi kedatangan keluarga Kerajaan Aceh ke Patani, ini adalah kunjungan resmi pertama sejak perang Aceh melawan Belanda 1873-1942 M.

Bacaan Lainnya

Setelah ratusan tahun terputus, silaturrahim ini adalah awal era baru, dalam langkah untuk melindungi sejarah dan adat istiadat antar dua kerajaan yang bersahabat selama ratusan tahun.

Cut Putri mengatakan bahwa Ia sangat bersyukur dan berbahagia dapat menyambungkan kembali hubungan silaturrahim antar dua Kesultanan besar. Selama perjalanannya, Tuan Putri Aceh Darussalam ini selalu dikawal dan didampingi langsung oleh keluarga besar Kesultanan Patani.

Dalam kunjungan ke setiap tempat di Patani Cut Putri mengaku disambut penuh hormat dan menyenangkan. Ini membuktikan bahwa bangsa Patani adalah bangsa mulia yang religius, dan mempertahankan adat istiadat sejak era Kesultanan Patani di masa lalu.

Bahkan dalam kunjungan ke Patani, ada beberapa tokoh besar Patani yang meninggalkan acara pentingnya, khusus untuk menyambut kedatangan keluarga Kerajaan Aceh Darussalam. Ini adalah hal yang sangat membahagiakan dan bukti dekatnya hubungan antar kedua kerajaan.

Cut Putri juga mengunjungi makam para ulama penyebar islam di Patani. Penyebaran Islam dimulai sejak masa Syeikh Said yang berasal dari Samudera Pasai Aceh. Setelah Kesultanan Samudera Pasai melebur menjadi Kesultanan Aceh Darussalam, maka dakwah Islam di Patani kemudian dilanjutkan oleh Kesultanan Aceh Darussalam.

Selain berziarah ke situs-situs makam bersejarah para tokoh Aceh, para keluarga dua kerajaan itu juga mengunjungi bangunan-bangunan masa lampau yang ada di Patani, dan menemukan banyak bukti kedekatan hubungan Aceh dengan Patani.

Dalam pertemuan di Masjid Kerisik Patani, yaitu masjid tertua di Patani, Cut Putri juga bersilaturrahim dengan Imam Masjid Kerisik Haji Abdul Aziz, yang telah menjadi imam di Masjid Kerisik selama hampir 34 tahun, sebelumnya beliau belajar di Makkah selama 17 tahun.

Haji Abdul Aziz menceritakan awal mula masuknya Islam di Patani. Sesuai Hikayat Patani, diceritakan bahwa Raja Paya Tu Naqpa adalah Raja yang pertama kali mendirikan Kerajaan Patani. Paya Tu Naqpa awalnya adalah Raja yang menyembah berhala. Pada suatu ketika Paya Tu Naqpa sakit keras, walaupun tabib terbaik seluruh negeri dipanggil, Raja sama sekali tidak sembuh malah bertambah parah. Akhirnya Raja mengeluarkan sayembara, barangsiapa dapat menyembuhkan Raja, maka akan diangkat menjadi menantu.

Lalu datanglan seorang ulama asal Samudera Pasai Aceh yang mengajar di Patani, bernama Syeikh Said. Syeikh Said mengatakan siap menyembuhkan raja namun menolak menjadi menantu Raja. Syeikh Said hanya bersedia menyembuhkan raja dengan syarat jika Raja sembuh maka raja Paya Tu Naqpa masuk islam. Raja Paya Tu Naqpa lalu bersedia.

Kemudian Syeikh Said menyembuhkan Raja Paya Tu Naqpa, namun setelah sembuh Raja Paya Tu Naqpa ingkar janji.

Akhirnya dua tahun kemudian Raja Paya Tu Naqpa sakit kembali dengan sakit yang sama. Maka dipanggil kembali Syeikh Said, dan Raja berjanji bersedia masuk Islam jika sembuh. Namun setelah sembuh, Raja pun ingkar kembali.

Setahun kemudian Raja Paya Tu Naqpa sakit lagi dan lebih parah dari sebelumnya. Raja kemudian mengirimkan utusan meminta Syeikh Said untuk datang lagi mengobati Raja. Namun Syeikh Said menolak datang.

Karena Raja Paya Tu Naqpa sudah bersungguh-sungguh akan menepati janji, maka barulah Syeikh Said bersedia datang. Akhirnya setelah diobati Raja pun sembuh.

Raja kemudian masuk Islam, beserta seluruh keluarganya. Para pembesar dan segala hulubalang beserta seluruh rakyat juga mengikuti raja, berbondong bondong masuk agama Islam.

Setelah Raja Paya Tu Naqpa masuk Islam, Syeikh Said memberikan nama baru kepada Paya Tu Naqpa, yaitu Sultan Ismail Syah Zhilullah Fil Alam.

Kemudian Sultan Ismail meminta agar ketiga anaknya juga diberikan nama. Maka oleh Syekh Said anak pertama diberi gelar Sultan Muzaffar Syah , anak kedua diberi gelar Raja Siti Aisyah dan anak ketiga diberi nama Sultan Mansyur.

Syekh Said juga yang memberi gelar nama Patani menjadi Patani Darussalam, artinya negeri yang aman selamat sejahtera.

Nama Syekh Said Pasai melegenda dan terkenal sebagai pahlawan besar Patani sampai sekarang, dengan nama Tok Pasai dari Aceh.

Pada masa pemerintahan Sultan Muzaffar Syah juga datang lagi seorang ulama dari Pasai yang bernama Syekh Safi’uddin, yang atas perintah raja ia mendirikan masjid untuk orang-orang Muslim di Patani. Masjid itu bernama Masjid Kerisik, yang masih berdiri kokoh sampai hari ini.

Kedekatan Aceh dan Patani juga terlihat pada jenis nisan makam yang disebut Batu Aceh, yang menjadi nisan kubur raja-raja dan pembesar kerajaan di Patani. Pada umumnya nisan kubur tersebut berbentuk menyerupai nisan kubur Sultan Malik as-Shaleh Pasai dan nisan-nisan batu Aceh dari sebelum abad ke-17.

Sebelum tahun 1801 M, wilayah selatan Thailand merupakan wilayah Kesultanan Patani Darussalam (Patani Raya) yang meliputi Patani (Thailand bagian Selatan), Trengganu, Kedah dan Kelantan (Malaysia). Tahun 1909 M, wilayah tersebut dianeksasi Kerajaan Thailand. Penaklukan pertama Kerajaan Islam Patani oleh Kerajaan Thailand terjadi pada masa pemerintahan Rama III, yaitu pada tahun 1785 M di bawah pimpinan Wang Na Surasi. Sejak saat itu Patani dipaksa untuk tunduk di bawah Kerajaan Thailand.

Sebelumnya, selama ratusan tahun wilayah Kesultanan Patani Darussalam berada dibawah naungan Kesultanan Aceh Darussalam.

Kesultanan Aceh yang saat itu menjadi Kesultanan terbesar dan terkuat di Asia Tenggara bahkan beberapa kali mengirimkan bala bantuan khusus untuk menjaga kedaulatan wilayah Aceh, yaitu Patani Darussalam, dari serangan pihak-pihak yang ingin memusnahkan Islam disana.

Sultan Aceh juga mengirimkan banyak ulamanya, begitu juga Patani banyak mengirimkan murid belajar ke Aceh. Mereka kemudian menjadi para ulama besar yang melanjutkan dakwah Islam di Patani Darussalam. Seperti Syeikh Daud Bin Abdullah Al Fatani yang merupakan murid Ulama Aceh Syeikh Muhammad Zain Bin Syeikh Faqih Jalaluddin Al Asyi. Hingga kini, banyak keturunan Aceh yang beranak pinak membaur menjadi warga Patani.

Dalam kunjungan ini, Keluarga Kesultanan Patani menyampaikan bahwa Patani sangat berterima kasih kepada Aceh yang telah membawa rahmat Islam masuk ke Patani, sehingga Islam menjadi agama mayoritas di Patani sampai seterusnya.

Tuan Putri Aceh Darussalam berharap kiranya kunjungan silaturrahim ini adalah tonggak awal terbinanya kembali hubungan persaudaraan antar Aceh Darussalam dan Patani Darussalam.

Kunjungan tersebut juga telah melahirkan kesepakatan dan rencana-rencana kerjasama yang akan dilakukan bersama, dalam rangka membangkitkan sejarah besar hubungan antara Kesultanan Aceh Darussalam dan Kesultanan Patani Darussalam.

“Ke depan insya Allah banyak hal yang dapat kita kerjasamakan antara Aceh dan Patani, dalam rangka menemukan dan menyatukan kembali kepingan-kepingan sejarah antara Aceh dan Patani, dan semakin menguatkan lagi hubungan persaudaraan antar kerajaan melayu, Semoga menjadi tonggak bangkitnya kekuatan Islam di alam melayu raya”, ujar Tuan Putri Aceh Darussalam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *