Ribuan Hektare Sawah di Aceh Utara Kekeringan, Petani Merugi Puluhan Juta

Ribuan Hektare Sawah di Aceh Utara Kekeringan, Petani Merugi Puluhan Juta

Aceh Utara|BidikIndonesia.com – Ribuan hektare sawah di Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara mengalami kekeringan parah selama dua bulan terakhir.

Perbaikan saluran irigasi yang dilakukan di tengah masa tanam dituding sebagai penyebab utama krisis air ini. Akibatnya, tanaman padi yang baru disemai mulai menguning dan terancam gagal panen.

Di Gampong Matang Lada, tampak tanah sawah mulai retak-retak. Tanaman padi terlihat layu karena tidak mendapat suplai air irigasi. Kekeringan ini tidak hanya mengancam ketahanan pangan lokal, tapi juga menjerumuskan petani dalam kerugian besar.

“Lahan sawah yang terdampak di gampong kami sekitar 105 hektare, dan kerugian petani ditaksir mencapai Rp70 juta. Itu baru dari satu desa, belum termasuk tetangga lainnya,” kata Keuchik Matang Lada, Muhammad Nasir, Senin, 7 Juli 2025. Menurutnya, kerugian tersebut berasal dari biaya benih dan ongkos bajak sawah yang sudah telanjur dikeluarkan. Rata-rata warga di desa ini menggantungkan hidup dari pertanian.

Tak hanya Matang Lada, tiga gampong lainnya juga ikut terdampak yaitu Ulee Rubek Barat 40 hektare, Ulee Matang 40 hektare, dan Matang Karing 50 hektare. Kekeringan membuat sekitar 235 hektare sawah di Seunuddon lumpuh secara bersamaan. “Hampir seluruh warga di sini bertani. Kalau sawah tidak bisa ditanami karena tidak ada air, berarti ekonomi masyarakat lumpuh total,” kata Nasir.

Bacaan Lainnya

Menanggapi keluhan warga, Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil bersama Dinas PUPR dan Dinas Pertanian telah meninjau langsung lokasi terdampak. Pemerintah berjanji akan memperbaiki saluran irigasi tahun ini. “Alhamdulillah sudah ditanggapi. Pemerintah bilang akan segera memperbaiki irigasi,” kata Nasir.

Dengan jumlah 450 kepala keluarga dan total penduduk 1.560 jiwa, Gampong Matang Lada diperkirakan bisa menghasilkan hingga 300 ton padi per musim tanam jika suplai air normal. Kekeringan saat ini berisiko membuat produksi anjlok hingga titik nadir. “Kami mohon normalisasi segera dilakukan.

Kalau air sudah mengalir normal, perekonomian warga bisa pulih kembali,” pintanya. Koordinator Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Seunuddon, Mahyuddin, membenarkan adanya laporan kekeringan yang telah disampaikan ke pimpinan.

Ia menyebut benih padi yang disemai rata-rata berusia 20 hari, dan masih bisa diselamatkan jika pasokan air segera tersedia. “Kalau air mengalir dalam beberapa hari ini, benih masih bisa tumbuh.

Kita juga sudah usulkan bantuan pompanisasi ke pusat, termasuk benih cadangan. Saat ini tinggal tunggu proses administrasi,” jelasnya. Meski pemerintah daerah telah menjanjikan tindakan cepat, warga Seunuddon hanya bisa berharap janji itu tak berakhir menjadi sekadar catatan rapat. Karena bagi mereka, sawah bukan sekadar tanah, tapi napas hidup yang kini tengah mengering.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *