SIMEULUE|BidikIndonesia.com – Hampir dua dekade lamanya, SMP Satu Atap (Satap) di Pulau Siumat, Kabupaten Simeulue, berdiri tanpa pernah tersentuh program rehabilitasi. Sekolah yang dibangun sejak tahun 2009 itu kini kondisinya memprihatinkan dan rawan mengancam keselamatan siswa.
Pantauan media ini, bangunan yang sudah lapuk dan dinding yang retak membuat warga setempat khawatir. Mereka takut jika terjadi gempa bumi berkekuatan 5 SR saja, gedung sekolah tersebut bisa roboh menimpa anak-anak yang sedang belajar.
“Saya sangat khawatir, bangunan ini sudah tidak layak. Kalau ada gempa sedikit saja, bisa membahayakan anak-anak,” ungkap Ahmad, salah seorang warga sekaligus wali murid, Sabtu (16/8/2025).
Saat ini, SMP Satap Pulau Siumat hanya memiliki 22 siswa dengan empat ruang kelas belajar. Namun, dua di antaranya tidak dapat dipakai lagi karena kerusakan parah pada bangunan. Akibatnya, pihak sekolah terpaksa menggunakan ruang kelas SD sebagai alternatif demi kelancaran proses belajar-mengajar.
Tak hanya itu, fasilitas penunjang pendidikan pun sangat minim. Sekolah ini tidak memiliki laboratorium, tidak ada perpustakaan, bahkan pagar sekolah pun belum tersedia. Kondisi tersebut jelas membuat proses belajar tidak berjalan maksimal dan jauh dari standar pendidikan layak.
Warga dan para wali murid berharap pemerintah daerah segera turun tangan melakukan perbaikan menyeluruh. Menurut mereka, pendidikan anak-anak di pulau terluar Simeulue ini seharusnya mendapat perhatian yang sama dengan sekolah-sekolah lain di daratan.
“Jangan tunggu ada korban dulu, tolong segera lakukan pengrehapan dan lengkapi fasilitas sekolah ini. Anak-anak di Pulau Siumat juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan aman,” tegas Ahmad.
Desakan ini menjadi pengingat serius bagi pemerintah daerah, agar tidak menutup mata terhadap kondisi sarana pendidikan di pulau-pulau kecil. Sebab, akses pendidikan yang layak adalah hak dasar setiap anak bangsa, tanpa terkecuali. (Rk)