Banda Aceh | BidikIndonesia – Penjabat (Pj) Bupati Nagan Raya, Dr. Iskandar, AP, menghadiri peringatan Maulid Raya 1446 Hijriah di Taman Sultanah Safiatuddin, Banda Aceh, Jumat 15 November 2024 sore.
Pj Bupati Iskandar hadir didampingi oleh Pj Ketua TP PKK Kabupaten Nagan Raya, Hj. Ubiet Junita Sari, serta Staf Ahli Bupati, Asisten Sekda, dan sejumlah Kepala SKPK Nagan Raya.
Acara yang diselenggarakan oleh Pemerintah Aceh ini berlangsung dengan penuh khidmat dan dibuka secara resmi oleh Pj Gubernur Aceh, Dr. H. Safrizal, ZA, M.Si,
Dalam sambutannya, Pj Gubernur Aceh Safrizal ZA menyampaikan bahwa peringatan Maulid Raya 1446 Hijriah menjadi momen yang tepat untuk meneladani Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam serta mengenang peristiwa besar yang pernah melanda Aceh, yaitu tsunami pada 26 Desember 2004.
“Maulid Raya merupakan sarana kita meneladani Rasulullah melalui ceramah yang sesaat lagi akan disampaikan oleh Al Mukarram Ustaz Das’ad Latief. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi wujud rasa syukur karena kita mengenang dua dekade lalu, saat Allah menguji Aceh dengan musibah yang menggetarkan. Tsunami itu tidak hanya meluluhlantakkan bangunan, tetapi juga meninggalkan luka yang mendalam,” ujar Safrizal.
“Namun, dari cobaan tersebut, kita belajar bahwa kebersamaan adalah kekuatan. Dalam duka, kita menemukan kebangkitan. Hari ini, dengan penuh syukur dan doa, kita mengenang peristiwa itu dengan harapan kepada Allah agar hikmahnya mengajarkan kita tentang arti sabar, ikhlas, dan keteguhan iman,” lanjutnya.
Pj Gubernur juga mengungkapkan bahwa Aceh memiliki tradisi tersendiri dalam memperingati Maulid Nabi. Saat Kerajaan Bandar Aceh Darussalam didirikan pada 12 Rabiul Awal 913 Hijriah, bertepatan dengan 23 Juli 1507 oleh Sultan Ali Mughayatsyah, sang sultan menyampaikan 21 pesan penting kepada rakyat Aceh. Salah satu pesan tersebut adalah agar rakyat Aceh merayakan Maulid Nabi selama 3 bulan 10 hari sebagai sarana silaturahmi dengan menggelar kenduri.
“Dalam perkembangan sejarah Aceh, pada masa Sultan Iskandar Muda, tradisi ini semakin diperkuat. Iskandar Muda membagi pelaksanaannya menjadi tiga tahap berdasarkan Almanak Aceh, yaitu: Buleuen Hasan Husen, Buleuen Safa, Buleuen Maulod, Adoe Molod, dan Maulud Akhe,” jelas Safrizal.
Ia menambahkan bahwa tahap pertama perayaan dilaksanakan di tingkat kemukiman, tahap kedua di tingkat gampong, dan tahap ketiga di tingkat pemerintahan atau kerajaan. Peringatan Maulid Raya yang diadakan oleh Pemerintah Aceh ini merujuk pada Almanak Aceh, yaitu Buleuen Maulud Akhe.
“Ini adalah warisan dari para Sultan Aceh di masa lalu. Kita berharap warisan ini dapat terus dipertahankan dan dikembangkan oleh generasi Aceh sekarang dan di masa mendatang,” tutup Pj Gubernur Safrizal.[ADV]