Pembunuh Berantai di Aceh Tenggara Selama Ini Tinggal di Hutan Belantara, Hidup Berdua dengan Ayah

Pembunuh Berantai di Aceh Tenggara Selama Ini Tinggal di Hutan Belantara, Hidup Berdua dengan Ayah

Aceh Tenggara|BidikIndonesia.com – Pelaku pembunuhan berantai di Desa Uning Sigurgur, Kecamatan Babul Rahmah, Kabupaten Aceh Tenggara, Aceh, masih belum tertangkap.

Lima orang tewas, sedangkan satu lainnya kritis akibat aksi brutal pelaku berinisial P (25), Senin (16/6/2025).

Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun, pelaku selama ini tak pernah berdomisili di pemukiman warga.

Pelaku ternyata tinggal di kawasan hutan belantara Pegunungan Kompas, Desa Alur Baning, Kecamatan Babul Rahmah, berdua dengan ayah kandungnya.

Tak ada alat penerangan berupa listrik dari PT PLN di lokasi tersebut.

Bacaan Lainnya

Lokasinya cukup jauh dari rumah penduduk yang berdomisili di Desa Alur Bening, sekira empat kilometer.

“Tersangka dan ayahnya bukan berdomisili di pemukiman penduduk Desa Alur Bening, melainkan tinggal di dalam hutan yang disebut-sebut masuk kawasan Hutan Kompas.”

“Kami tidak mengenal pelaku pembunuhan apalagi orangtua, karena bukan tinggal di desa kami,” kata Pj Pengulu Alur Baning, Priska Malau.

Sementara itu, Pj Penghulu Desa Uning Sigurgur, Ali Amran, menyebut pelaku lahir di Aceh Tengah.

Ia bersama ayahnya pindah dan menetap di Pegunungan Kompas, Desa Alur Bening.

Sehari-hari, P berkebun bersama sang ayah di ladang.

Di mata warga sekitar, P dikenal sebagai pribadi yang pendiam.

“Kehidupan keseharian pelaku kurang dipahami masyarakat dan kurang pergaulannya di lingkungan masyarakat.”

“Karena, dia berkebun menanam cabai dan komoditi lainnya di ladangnya bersama ayahnya. Karena, ayah dan ibunya sudah lama bercerai ketika pelaku masih kecil,” ujarnya.

Di mata warga sekitar, P dikenal sebagai pribadi yang pendiam.

“Kehidupan keseharian pelaku kurang dipahami masyarakat dan kurang pergaulannya di lingkungan masyarakat.”

“Karena, dia berkebun menanam cabai dan komoditi lainnya di ladangnya bersama ayahnya. Karena, ayah dan ibunya sudah lama bercerai ketika pelaku masih kecil,” ujarnya.

“Saya cukup sedih melihat empat orang cucu dan satu anak kandung saya jadi korban brutal pembunuhan yang dilakukan cucu saya sendiri,” katanya sambil menangis.

Padahal, selama ini, setiap turun dari gunung, P selalu makan di rumah Samidah.

Tak hanya itu, P juga menumpang mengisi daya ponselnya serta senter baterai di rumah sang nenek.

Kasi Humas Polres Aceh Tenggara, AKP Jomson Silahi, menjelaskan pembunuhan itu bermula saat P mendatangi rumah Laura dan Fajri.

Tanpa basa-basi, pelaku langsung menyerang kedua korban menggunakan senjata tajam hingga tewas di lokasi.

Setelahnya, pelaku mendatangi rumah Evi lalu membacoknya di bagian kepala dan leher hingga tewas.

Pelaku lantas membacok Matiah (45), warga Desa Rambung Tubung.

Matiah merupakan satu-satunya korban yang selamat dan saat ini masih menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sahuddin Kutacane.

Tak berhenti di situ, pelaku kemudian menyerang Nayan dan Hidayat di rumah mereka hingga tewas.

Hingga saat ini, P masih dalam pengejaran tim gabungan Polres Aceh Tenggara.

Motif di balik pembunuhan sadis yang dilakukan pelaku juga masih dalam penyelidikan polisi.

Pihak kepolisian telah menyebarkan tim ke sejumlah titik strategis untuk memburu pelaku dan mengamankan masyarakat dari kemungkinan kejadian serupa.

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *