Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Harga beras di pasar tradisional dalam Kota Banda Aceh mengalami kenaikan signifikan.
Praktis, melambungnya harga makanan pokok ini dipastikan akan membuat emak-emak makin pusing mengatur uang belanja.
Pasalnya, kondisi bahan pokok yang makin mahal membuat kaum ibu dituntut pintar-pintar dalam menghidupkan dapur rumahnya.
Ibnu Ilyas, owner Toko Tukang Sayur BKN-Pdin di Pasar Almahirah Lamdingin mengatakan, kenaikan harga kebutuhan pokok utama ini telah berlangsung bertahap sejak tiga minggu terakhir.
Menurut Ibnu Ilyas, kondisi beras di Kota Banda Aceh tidak hanya melambung tinggi tetapi juga mengalami kelangkaan.
“Sejak seminggu terakhir malah sudah langka,” ungkap Ibnu Ilyas.
Toko Tukang Sayur BKN-Pdin adalah satu dari 5 pedagang beras di Pasar Almahirah Lamdingin Banda Aceh yang merupakan mitra dari Bulog.
Karenanya, BKN-Pdin bisa mengatasi kelangkaan beras itu dengan menebus beras Bulog menggunakan fasilitas SPHP atau Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan.
SPHP ini merupakan program pemerintah yang dijalankan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
“Dalam minggu ini, sudah dua kali kami menebus beras SPHP ke Bulog. Sekali tebus sebanyak 2 ton,” ujar Ibnu yang biasa juga disapa Bang Qein.
Ia menyebutkan, beras SPHP Vulog ini hanya tersedia dalam kemasan 5 kilogram, dengan harga Rp 65.000.
“Hanya mitra Bulog yang bisa menebus beras ini. Karena untuk menghindari pengoplosan dan penyelewengan,” ungkap Ibnu.
Ibnu Ilyas mengungkapkan, berdasarkan keterangan pihak kilang padi yang biasa memasok beras ke tokonya, tingginya harga beras dalam beberapa minggu ini disebabkan karena melejitnya harga gabah yang mencapai 9.000 per kilogram.
Bukan hanya tinggi, pihak kilang padi juga kesulitan mendapatkan gabah.
Biasanya, lanjut Ibnu, di toko miliknya stok dan putaran penjualan beras dari berbagai merek, mencapai 3-5 ton putaran per minggu.
“Hari ini, stok di toko kami paling ada sekitar 300 kg. Untungnya ada beras SPHP dari Bulog yang masih tersisa sekira 1 ton,” kata dia.
Sementara beberapa merek terkenal dari kilang padi di Aceh Besar dan Pidie yang biasanya dijual di tokonya, kini sudah kosong.
“Kondisi ini sudah terjadi sejak seminggu terakhir. Merek apa pun yang kami minta tidak pernah mencukupi,” ujar Ibnu.(*)