Lhokseumawe|BidikIndonesia.com – Para Penyiar, Reporter, Teknisi, hingga para Pemimpin jajaran redaksi penyiaran maupun pegawai supporting lainnya, memperingati puncak HUT Kemerdekaan RI ke-80, di Radio Republik Indonesia (RRI) Lhokseumawe.
Kendatipun bertepatan dengan suasana liburan akhir pekan, namun tidak menyurutkan semangat para angkasawan untuk mengikuti upacara tujuh belasan. Bahkan disamping melaksanakan upacara sendiri, RRI Lhokseumawe pada hari yang sama juga menyiarkan langsung upacara kedaerahan ulang tahun Kemerdekaan negara Indonesia di lapangan hiraq Kota Lhokseumawe.
Para Reporter disebar untuk meliput upacara HUT RI, dan Penyiar yang berdinas tetap mengudara di hari tersebut. Sementara yang tidak bertugas, melaksanakan upacara bersama pegawai supporting lainnya.
Kemudian pada saat yang sama pula, seluruh programa siaran RRI seluruh Indonesia juga akan menyiarkan puncak peringatan HUT kemerdekaan ke-80 RI secara nasional di Jakarta.
Sementara itu, HUT RI ke-80 tingkat daerah di Kota Lhokseumawe, dilaksanakan gabungan ASN TNI/Polri dengan menaikkan bendera pusaka merah putih, melibatkan pasukan pengibar bendera atau paskibra, serta mengenang detik-detik proklamasi deklarasi kemerdekaan Indonesia, pada pukul 10.00 Wib.
Ulang tahun kemerdekaan negara Indonesia ini, juga sangat melekat erat dengan perjalanan sejarah Radio Republik Indonesia (RRI). Yang mana, pada 80 tahun yang lalu, naskah Proklamasi deklarasi kemerdekaan dibacakan di depan microphone (corong) RRI untuk disiarkan.
Sejarah mencatat, bahwa setelah proklamasi kemerdekaan tahun 1945, Belanda kembali ke Indonesia dengan melancarkan agresi Militer Belanda ke II, tepatnya pada tahun 1948. Sebelumnya di tahun 1942, Jepang berhasil menguasai Indonesia dan mengusir Belanda.
Singkat kisah, Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia versi mereka pada bulan Desember tahun 1949. Namun selama agresi militernya itu, berhasil meruntuhkan pemerintah Indonesia yang berkuasa, serta ikut menghancurkan RRI pada waktu itu.
Aceh lah yang kemudian menjelma menjadi nafas terakhir Indonesia. Wilayah Aceh yang tak terkuasai Belanda, menjadi pilihan strategis untuk menyuarakan bahwa Indonesia masih ada, lewat Radio Rimba Raya (RRR) di kawasan tersembunyi pegunungan Aceh Tengah.
Artinya bahwa momentum peringatan HUT Kemerdekaan RI khususnya bagi para angkasawan RRI dimana pun berada, akan terus melekat dengan sejarah tersebut.
Sehingga pada hari ini, 17 Agustus 2025 juga menjadi momen sakral bagi angkasawan RRI. Meskipun berbeda hari jadi dengan Republik, namun RRI adalah bahagian yang tidak terpisahkan dalam sejarah perjuangan merebut kemerdekaan bahkan mempertahankan kemerdekaan itu.
Dan, RRI sendiri akan merayakan hari jadinya pada 11 September 2025, juga untuk yang ke-80 tahun, karena sejarah pendirian RRI dimulai pada 11 September tahun 1945.
Semua sejarah berbeda momentum itu, tetap satu kesatuan dalam benang merah sejarah kemerdekaan Indonesia.