Keuchik Mauliadi saat gadaikan Mobil Pribadinya, kepada salah satu Wartawan Liputan Investigasi. Atas nama Nadar. disaksikan dua rekan Insan Pers lainya, Akhyar Riski, M. Sulaiman.
Bireuen | BidikIndonesia – Situasi sulit tengah menyelimuti masyarakat Gampong Tanjong Raya, Kecamatan Gandapura Kabupaten Bireuen. Hingga kini, Dana Desa (DD) dan Alokasi Dana Gampong (ADG) belum bisa dicairkan. Dampaknya sangat nyata-banyak warga yang semakin terhimpit dalam kesulitan ekonomi, sementara Bantuan Langsung Tunai (BLT), yang seharusnya menjadi penyambung hidup, tak kunjung mereka terima. Sabtu 29 Maret 2025.
Di tengah keterpurukan ini, sosok Keuchik Gampong Tanjong Raya, Mauliadi, menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa. Demi memastikan warganya dapat merasakan kebahagiaan menjelang Hari Meugang dan Idul Fitri 1446 H, ia mengambil langkah yang mencerminkan dedikasi sejati-menggadaikan satu-satunya mobil pribadinya.
“Saya tidak bisa tinggal diam melihat penderitaan mereka. Ini bulan suci, sebentar lagi Hari Raya, tetapi masih banyak warga yang bahkan tidak tahu apakah mereka bisa makan daging atau tidak. Sebagai pemimpin, saya tidak punya pilihan lain,” ujar Mauliadi dengan mata berkaca-kaca.
Keputusan ini bukan sekadar tindakan emosional, tetapi refleksi dari kepemimpinan yang bertanggung jawab. Baginya, kesejahteraan masyarakat jauh lebih penting dibanding kepentingan pribadi.
Krisis Dana Desa dan Tantangan Kemandirian Gampong, Keterlambatan pencairan dana desa ini menjadi pukulan telak bagi masyarakat kecil yang menggantungkan hidup pada bantuan tersebut. Di tengah tekanan ekonomi yang semakin berat, mereka berharap adanya solusi cepat dari pemerintah agar kehidupan kembali berjalan normal.
Namun, di sisi lain, Keuchik Mauliadi. Gampong Tanjong Raya, juga menyadari bahwa persoalan ini bukan sepenuhnya kesalahan pemerintah kabupaten. Sejak dana desa dikucurkan bertahun-tahun lalu, banyak gampong yang masih belum mampu mengelola Badan Usaha Milik Gampong (BUMG) atau BUMDes secara optimal.
“Setiap tahun, dana desa selalu dialokasikan untuk program- program prioritas seperti pembangunan rumah layak huni, penanganan stunting, dan berbagai kebutuhan mendesak lainnya. Akibatnya, anggaran untuk pengembangan BUMDes sering kali tidak mencukupi, sehingga gampong belum bisa mencapai kemandirian ekonomi secara maksimal,” jelasnya.
Pernyataan ini menjadi refleksi penting bahwa kemandirian desa tidak hanya bergantung pada pencairan dana desa, tetapi juga pada kebijakan strategis dalam pengelolaan anggaran yang berorientasi jangka panjang.
Saatnya Perubahan dan Solusi Berkelanjutan, Tindakan Keuchik Mauliadi menjadi simbol nyata bahwa seorang pemimpin sejati bukan hanya mereka yang duduk di kursi kekuasaan, tetapi mereka yang benar-benar hadir di tengah rakyatnya dan berani berkorban demi kesejahteraan bersama.[TheAtjhe]
Namun, pertanyaannya, sampai kapan seorang pemimpin lokal harus menanggung beban yang seharusnya menjadi tanggung jawab kolektif pemerintah? Saatnya kebijakan pengelolaan dana desa dievaluasi dengan lebih matang, agar desa-desa di kabupaten Bireuen tidak terus-menerus bergantung pada anggaran tahunan, tetapi mampu berdiri kokoh dengan sistem ekonomi yang mandiri dan berkelanjutan. ungkap Keuchik Mauliadi yang juga Ketua ADEPSI Gandapura.