Kapal Ambulans Kandas di Pulo Aceh

Kapal Ambulans Kandas di Pulo Aceh

Aceh Besar|BidikIndonesia.com – Kapal ambulans laut di Gampong Lampuyang, Pulo Aceh, Aceh Besar, kandas saat hendak membawa pasien rujukan ke Banda Aceh. Insiden yang terjadi akibat air surut dan dangkalnya alur masuk ke Kuala Lampuyang itu membuat warga setempat turun tangan mendorong kapal agar bisa keluar dari perairan dangkal.

“Air sedang surut, jadi dangkal. Kebetulan ada warga yang sakit dan harus dirujuk, tiba-tiba kapal nyangkut. Maka kami ajak masyarakat untuk dorong. Kejadiannya dua hari lalu,” kata Keuchik Lampuyang, Ridwan.

Menurutnya, pendangkalan kuala telah lama menghambat mobilitas warga, termasuk pelayanan kesehatan yang sangat bergantung pada kapal ambulans. Kondisi ini, kata Ridwan, sudah terjadi sejak pascatsunami dan semakin parah belakangan ini.

“Berat sekali kalau air surut. Kapal penumpang pun sekarang sering nyangkut,” ujarnya.

Menurutnya, warga Pulo Aceh kesulitan memanfaatkan dermaga karena alur yang semakin dangkal. Hambatan itu tidak hanya dirasakan kapal ambulans, tetapi juga boat penumpang dan kapal lain yang menjadi tumpuan transportasi masyarakat.

Bacaan Lainnya

“Kami orang daerah sendiri pun susah masuk ke dermaga saat air kering. Memang butuh pengerukan, perluasan sedikit,” kata dia.

Pulo Aceh saat ini hanya memiliki satu unit kapal ambulans laut. Jumlah itu dinilai tidak memadai untuk wilayah yang terdiri dari dua pulau besar, Pulau Nasi dan Pulau Breuh. Akibatnya, ketika ada pasien dari Pulau Nasi, kapal ambulans yang bersandar di Pulau Breuh harus menyeberang terlebih dahulu, dan sering terhambat air surut maupun ombak.

“Satu ambulans saja tidak cukup. Pulo Aceh ini luas, ada dua wilayah besar. Harusnya ada dua kapal ambulans,” kata Ridwan.

Ia berharap pemerintah segera melakukan pengerukan dan membangun dermaga yang layak agar akses transportasi laut, terutama layanan kesehatan, dapat berjalan aman dan lancar.

“Kami sangat membutuhkan penggalian dan perluasan pintu masuk kuala. Saat ini jalur kapal terhambat tumpukan batu. Jika memungkinkan, batu-batu itu perlu dihancurkan agar alurnya dalam, supaya kapal dan boat tidak lagi kandas saat air surut,” ujarnya.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *