Jelang PKA ke-8, Stok Suvenir di Banda Aceh Ditambah

Jelang PKA ke-8, Stok Suvenir di Banda Aceh Ditambah

BANDA ACEH, Bidikindonesia.com Jelang Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) ke-8 yang hanya tinggal beberapa hari lagi, para penjual suvenir di Banda Aceh mulai antusias untuk meningkatkan pasokan produknya lebih banyak, mulai dari kain sarung, tas bordir dan lain-lain. Hal ini guna memastikan ketersediaan produk serta menarik minat para pengunjung PKA nanti.

Seperti yang kita ketahui, suvenir telah menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan lokal maupun mancanegara, dan tentunya hal ini akan berdampak postif bagi pertumbuhan pariwisata lokal.

Beragam produk unik khas Aceh dijual, mulai dari makanan khas Aceh, tas bordir, dompet, bingkai hiasan rencong, ukiran kayu, rencong, gantungan kunci, kain sarung, songket, batik, peci atau kopiah, hingga kopi khas Aceh. Setiap produk yang ditawarkan memiliki cerita dan makna tersendiri guna memikat daya tarik pengunjung untuk menjelajah Aceh lebih jauh.

Rina, karyawan di salah satu toko suvenir mengatakan, tokonya mulai meningkatkan pasokan produk menyambut PKA ke-8 nanti. Mayoritas suvenir yang dijual, terutama tas bordir diambil langsung dari pengrajin Lhokseumawe, sementara produksi makanan khas diambil dari Banda Aceh dan Aceh Besar. Hal ini menunjukkan komitmen para penjual suvenir dalam mendukung pengrajin lokal untuk mempromosikan kebudayaan daerah.

Setiap produk yang dijual memiliki rentang harga yang bervariasi, mulai dari Rp8 ribu untuk gantungan kunci hingga Rp1,5 juta untuk bingkai hiasan rencong. “Produk-produk yang paling diminati para wisatawan itu kopi, tas, dompet dan oleh-oleh lainnya,” ujar Rina kepada KBA.ONE, Selasa 24 Oktober 2023.

Bacaan Lainnya

Kata dia, kebanyakan wisatawan yang berbelanja suvenir di tokonya berasal dari Malaysia, Jakarta, dan Bandung. Dalam sehari, tokonya berhasil meraup keuntungan sekitar Rp5 juta.

Sementara itu, toko suvenir lainnya di Banda Aceh juga menawarkan berbagai produk kreatif yang menampilkan kekayaan alam Aceh, terutama dalam bentuk rempah-rempah yang diolah menjadi bumbu masakan khas Aceh. Para wisatawan yang datang seringkali membeli bumbu sie reuboh, kuah beulangong, dan mie Aceh sebagai buah tangan dari daerah yang dijuluki Seuramoe Mekkah ini.

Namun, penjualan suvenir Aceh saat ini, pasca pandemi Covid-19 mulai berkurang. Pengunjung yang semula mencapai 100 persen kini menurun menjadi 85 persen. Hal ini tentunya mempengaruhi pendapatan para penjual suvenir. Namun, dengan keberagaman produk dan daya tariknya, toko suvenir masih menjadi kontributor penting dalam pertumbuhan pariwisata di Aceh.

Apalagi, sebentar lagi akan ada festival kebudayaan terbesar (PKA) yang akan dihadiri para tamu dari berbagai negara. Para penjual suvenir rencananya akan mendirikan stand khusus di event akbar yang akan berlangsung November mendatang.

Produk-produk suvenir tersebut tidak hanya menjadi oleh-oleh bagi wisatawan, namun juga menunjukkan keanekaragaman budaya dan keindahan alam Aceh, yang tentunya memberikan kenangan tersendiri bagi mereka setelah berkunjung ke Tanah Rencong.[KBA]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *