Lokasi penjualan kue lebaran, di kawasan Peunayong, Banda Aceh, Sabtu 29 Maret 2025
Banda Aceh | BidikIndonesia – Suasana pasar di Kota Banda Aceh jelang hari raya Idul Fitri 1446 Hijriah atau H-2 sepi dan lesu, masyarakat tidak menyerbu pasar.
Dari pantauan pada Sabtu, 29 Maret 2025, lokasi pasar kue lebaran, kawasan Peunayong juga sepi dari pembeli.
Ko Awi, pedagang kue kering dan perlengkapan untuk lebaran mengatakan, sejak seminggu terakhir jelang hari raya, pembeli hanya sedikit, berbeda dari lebaran tahun-tahun sebelumnya, penjualan bisa maksimal.
“Saat ini pembeli bisa dihitung dengan jari, kalau ada pembeli tertuju pilihannya pada jenis kue yang murah, bahkan pembeli sirup sangat sedikit,” ucapnya.
Sementara, lokasi pasar daging di kawasan Beurawe, Banda Aceh, juga sepi pembeli dan hanya terlihat beberapa pembeli saja.
Heri, pedagang daging di Beurawe mengatakan, pembeli sangat sedikit dan sepi. Bahkan kata dia, jelang siang hanya satu paha daging sapi yang terjual.
“Sepi pembeli bukan lantaran harga dagingnya, tapi masyarakat tidak ada uang untuk membeli daging,” ucap Heri.
Menurutnya, biasa hingga H-2 hari jelang lebaran, pedagang bisa menghabiskan dua ekor sapi. “Bahkan ada warga yang meminta bon atau hutang, habis lebaran baru bayar,” sebut Heri.
Ekonom serta Akademisi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Syiah Kuala (USK), Iskandarsyah Madjid, saat dihubungi KBA.ONE, Sabtu 29 Maret 2025, mengatakan, kondisi lesunya pasar jelang hari raya Idul Fitri saat ini dipicu dua hal.
Pertama, masih euforianya kemenangan Pilkada lalu, sehingga lemahnya realisasi keuangan daerah yang berdampak pada sedikitnya uang beredar di masyarakat hingga akhir Maret 2025.
“Gak ada uang, mau beli apa masyarakat,” kata Iskandarsyah, putra Almarhum Profesor Madjid Ibrahim, mantan Gubernur Aceh, era 1978 hingga 1981.
Kedua, katanya, lantaran efisiensi anggaran, banyak kegiatan yang bersentuhan dengan masyarakat luas, seperti kegiatan atau program kerja pemerintah tidak berjalan yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA).
“Perputaran uang di masyarakat mayoritas bersumber dari APBA,” jelas Iskandarsyah Madjid, yang juga pelaku usaha di Aceh.
Menurutnya, jika diamati dari pendapatan masyarakat yang bersumber dari upah dan THR pegawai swasta, mayoritas memilih mudik.Sementara gaji ASN, banyak pegawai aparatur sipil negara dan tenaga kontrak terjebak hutang kredit konsumtif.[KBA]
“Apalagi pekerja serabutan hanya bersedih tanpa pendapatan karena berimbas dari ASN dan pekerja swasta,” sebut Iskandarsyah.