Jaringan Aneuk Syuhada Kota Langsa Gelar Seminar Kepemudaan Momentum Sumpah Pemuda

Jaringan Aneuk Syuhada Kota Langsa Gelar Seminar Kepemudaan Momentum Sumpah Pemuda
(JASA) Kota Langsa menggelar seminar kepemudaan bertema “Peran Pemuda Aceh dalam Menjaga Perdamaian Menuju Aceh yang Sejahtera dan Bermartabat serta Mendukung Asta Cita.” Kegiatan berlangsung di Gedung DPD KNPI Kota Langsa, Senin (20/10/2025). Foto: Dok Humas JASA

LANGSA | bidikindonesia.com — Dalam rangka memperingati Hari Sumpah Pemuda ke-97, Dewan Pimpinan Wilayah Jaringan Aneuk Syuhada (JASA) Kota Langsa menggelar seminar kepemudaan bertema “Peran Pemuda Aceh dalam Menjaga Perdamaian Menuju Aceh yang Sejahtera dan Bermartabat serta Mendukung Asta Cita.”

Kegiatan berlangsung di Gedung DPD KNPI Kota Langsa, Senin (20/10/2025).

Seminar yang dimotori Ketua DPW JASA Kota Langsa, Adoe Bustami, ini dihadiri oleh perwakilan berbagai organisasi kepemudaan, mahasiswa, dan sejumlah tokoh masyarakat. Hadir sebagai narasumber yakni Dr. Zulkarnain, akademisi dari IAIN Langsa, dan Basyaruddin, S.T., Sekretaris KNPI Kota Langsa.

Dalam sambutannya, Wakil Ketua DPW JASA Kota Langsa, Syahputra, menyampaikan pentingnya peran generasi muda dalam merawat perdamaian Aceh pasca penandatanganan MoU Helsinki tahun 2005.

“Peran pemuda sangat penting dan strategis dalam menjaga serta memperkuat nilai-nilai perdamaian. Karena itu, pembinaan dan pelibatan pemuda harus terus dilakukan agar mereka dapat menjadi agen penjaga harmoni di tengah masyarakat,” ujarnya.

Bacaan Lainnya

Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an, menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne Aceh, sambutan panitia, serta pembacaan Ikrar Sumpah Pemuda oleh seluruh peserta.

Dalam pemaparannya, Dr. Zulkarnain menyinggung peran penting tokoh Aceh dalam sejarah Sumpah Pemuda 1928. Ia menyebut Teuku Nyak Arief sebagai satu-satunya delegasi muda asal Aceh dalam Kongres Pemuda II yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Nasional.

“Teuku Nyak Arief juga menginspirasi terbentuknya Pemuda PUSA (Persatuan Ulama Seluruh Aceh) yang berperan besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan pembaruan pendidikan Islam di Aceh,” ungkapnya.

Menurutnya, tantangan pemuda masa kini tidak lagi sebatas pada persoalan konflik bersenjata, melainkan pada problem sosial dan ekonomi yang kompleks.

“Tantangan perdamaian tidak berhenti pada absennya kekerasan. Pemuda Aceh kini dihadapkan pada pengangguran, polarisasi sosial, radikalisme, serta memudarnya kesadaran kolektif tentang pentingnya perdamaian,” tambahnya.
Ia juga menekankan pentingnya komunikasi yang konstruktif antara pemerintah dan generasi muda guna menyukseskan Asta Cita, delapan arah kebijakan strategis pembangunan nasional yang menitikberatkan pada peningkatan kualitas SDM, transformasi ekonomi, digitalisasi, dan pemerataan pembangunan.

Suasana seminar semakin hidup ketika giliran Basyaruddin, S.T. menyampaikan materi dengan gaya orasi yang penuh semangat. Ia mengajak pemuda untuk berpikir kritis dan peka terhadap persoalan sosial di sekitarnya.

“Dua puluh tahun sudah Aceh menikmati perdamaian, namun ketimpangan dan ketidakadilan masih terjadi. Perdamaian sejati hanya bisa terwujud jika masyarakat merasa adil dan sejahtera. Orang akan mudah marah dan anarkis jika lapar dan diperlakukan tidak adil,” tegasnya.

Sebagai penutup, seluruh peserta yang terdiri dari pemuda, mahasiswa, dan tokoh masyarakat menandatangani Deklarasi Pemuda Aceh yang berisi lima poin komitmen:

1. Siap menjaga perdamaian Aceh dalam bingkai NKRI.

2. Mendesak Pemerintah Aceh dan Pemerintah Pusat menjalankan amanah Undang-Undang Pemerintahan Aceh (UUPA) demi terwujudnya perdamaian yang sempurna.

3. Mendukung penuh program pembangunan nasional melalui Asta Cita.

4. Menolak segala bentuk provokasi yang mengancam perdamaian dan pembangunan Aceh.

5. Mendukung upaya pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi dan penciptaan lapangan kerja di Aceh.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *