Sabang|BidikIndonesia.com – Minat investasi dari perusahaan-perusahaan internasional terhadap Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang terus meningkat. Dalam pertemuan audiensi yang digelar bersama manajemen Badan Pengusahaan Kawasan Sabang (BPKS), sejumlah perwakilan perusahaan asing menunjukkan ketertarikannya untuk menanamkan modal di sektor kepelabuhanan, perikanan, dan pariwisata.
Tak sekadar hadir dalam forum diskusi yang digelar di Kantor BPKS itu, para calon dari Korea Selatan, Singapura, Maladewa, dan Indonesia itu, juga menunjukkan keseriusan dengan menggelar pertemuan lanjutan bersama Bank Syariah Indonesia (BSI) Cabang Sabang. Pertemuan tersebut membahas mekanisme transaksi keuangan berbasis syariah guna mendukung kelancaran investasi yang akan dijalankan.
Salah satu perusahaan yang hadir adalah PT Astama Karya Adiluhung, yang diwakili oleh Kim Hyunchul asal Korea Selatan. Ia menyampaikan rencana untuk berinvestasi di sektor perikanan, khususnya komoditas ikan tuna. Dengan armada kapal berukuran besar, di atas 35 GT, Kim menilai perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu untuk memastikan kesiapan infrastruktur di kawasan Sabang.
“Saya sudah lebih dari dua dekade berkecimpung di industri perikanan di Muara Baru, Jakarta. Sabang, dengan aksesnya ke Selat Malaka, sangat potensial untuk menjadi pusat penangkapan dan ekspor ikan. Kami akan memulai dengan uji coba lapangan,” ujar Kim.
Sementara itu, perwakilan dari PT Pelayaran Indoprof Setia, Ahmad Ismail dan Abdul, memaparkan rencana pembangunan galangan kapal (shipyard) di Sabang. Mereka menyebutkan bahwa lokasi Sabang sangat strategis untuk menggantikan peran Batam dan Singapura yang saat ini sudah mulai padat.
“Sabang bisa jadi solusi untuk kapal-kapal dari India, Sri Lanka dan negara-negara Asia Selatan lainnya yang selama ini kesulitan mencari fasilitas docking yang dekat dan efisien. Lahan seluas 20 hektare dengan lebar 60 meter dibutuhkan untuk mendirikan fasilitas shipyard tersebut,” ucap Ahmad.
Lebih lanjut, para investor juga tertarik untuk mengembangkan layanan ship to ship transfer (STS) di Sabang, terutama untuk kapal tanker BBM dari India. Menurut mereka, fasilitas STS di kawasan seperti Singapura sudah mencapai kapasitas maksimum, sehingga Sabang memiliki peluang besar sebagai alternatif baru di jalur pelayaran internasional.
Tak hanya terbatas pada sektor maritim, beberapa calon investor juga menyoroti potensi Sabang sebagai pusat industri berbasis minyak sawit. Produk turunan seperti Fatty Acid Methyl Ester (FAME) yang digunakan untuk biodiesel menjadi fokus utama mereka. Permintaan FAME yang tinggi dari kawasan Asia Selatan membuka peluang Sabang untuk menjadi hub baru dalam pengolahan dan distribusi bahan bakar alternatif tersebut.