Illiza Tutup Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Provinsi Aceh 2025

Illiza Tutup Festival Tunas Bahasa Ibu tingkat Provinsi Aceh 2025

Banda Aceh|BidikIndonesia.com – Wali Kota Banda Aceh Illiza Sa’aduddin Djamal menutup secara resmi Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Aceh “Revitalisasi Bahasa Aceh dan Gayo” yang digelar Balai Bahasa Aceh di Hotel Ayani.

Sedari 21 November lalu, ratusan pelajar SD/SMP mengikuti beragam perlombaan pada ajang FTBI tahun ini. Ada lomba menulis dan membaca puisi, menulis cerita pendek, mendongeng, lawakan tunggal, pidato, hingga tembang tradisi.

Para peserta berasal dari delapan kabupaten/kota di Aceh, yakni Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, Pidie, Bireuen, Bener Meriah, Aceh Tengah, dan Gayo Lues.

Pada kesempatan tersebut, didampingi Kepala Balai Bahasa Provinsi Aceh Umar Solikhan, Wali Kota Illiza turut menyerahkan hadiah berupa piagam dan dana pembinaan kepada sejumlah pemenang.

Dalam sambutannya, Illiza menyebut bahasa adalah identitas, “Dan bahasa ibu adalah akar yang menjaga kia tetap tegak. Ketika bahasa daerah hidup, budaya hidup. Ketika budaya hidup, jati diri bangsa tetap kuat.”

Bacaan Lainnya

“Hal ini yang harus kita sadari bersama, karena banyak anak-anak kita sekarang malu berbahasa daerah. Oleh sebabnya, saya bangga dengan para peserta festival ini yang merupakan anak-anak hebat pilihan,” ujarnya.

Menurutnya, Festival Tunas Bahasa Ibu bukan sekadar lomba. Ini adalah langkah besar untuk melestarikan, menguatkan, “Dan memastikan bahwa generasi muda Aceh tumbuh dengan kebanggaan terhadap bahasa dan budaya daerahnya.”

Ia pun menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada Balai Bahasa Provinsi Aceh yang telah bekerja keras menggerakkan ekosistem literasi bahasa daerah melalui FTBI. “Kegiatan ini membuktikan bahwa pelestarian bahasa bukan hanya tentang menjaga masa lalu, tetapi membangun masa depan,” ujarnya.

Masih menurut Illiza, arah pembangunan Banda Aceh 2025–2029 sebagai Kota Kolaborasi memberikan ruang besar bagi pendidikan, literasi budaya, dan penguatan karakter generasi muda.

“Karena itu, kami sangat mengapresiasi inisiatif seperti FTBI, yang sejalan dengan semangat untuk memperluas ruang kreativitas anak-anak Aceh, menghidupkan kembali narasi bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari, dan menumbuhkan kecintaan terhadap sastra, seni, dan tradisi lokal.”

Ia juga percaya, anak-anak yang mengenal akar budayanya adalah anak-anak yang akan tumbuh kuat, percaya diri, dan siap menghadapi dunia global tanpa kehilangan jati dirinya. “Bagitu pula kegiatan kita hari ini, menjadi salah satu upaya kita terus membangun budaya literasi di Aceh,” ujarnya.

“Yang paling penting, mari kita semua berkomunikasi di rumah masing-masing dengan bahasa daerah. Jangn lupa dengan dengan bahasa ibu. Kalau bukan kita yang melestarikannya, siapa lagi. Mari kita berjuang bersama-sama,” ujar Illiza pada acara yang turut dihadiri oleh kepala dinas pendidikan/kebudayaan dari delapan daerah di Aceh. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *