Banda Aceh|BidikIndonesia.com– Dinas Koperasi, UKM dan Perdagangan (Diskopukmdag) Banda Aceh meluruskan soal Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Lamteh yang disebut berhenti beroperasi. Barang-barang dari sejumlah BUMN yang sempat dipajang di koperasi itu, ditegaskan bukan hibah yang kemudian ditarik kembali, melainkan hanya contoh (mock-up) saat peresmian.
Kabid Koperasi Diskopukmdag Banda Aceh, Nata Kurniawan Lubis, mengatakan barang-barang tersebut dipinjamkan sementara untuk kepentingan launching.
“Ini hanya salah paham. Barang-barang itu bukan ditarik. Saat mock-up kemarin hanya contoh barang yang nantinya akan diperdagangkan dalam bisnis Koperasi Merah Putih. Setelah ada modal, baru bisa jalan,” jelas Nata, Rabu, 1 Oktober 2025.
KDMP Lamteh, bersama Gampong Jawa dan Bandar Lampahan, ditetapkan sebagai koperasi percontohan di Aceh. Program ini melibatkan sejumlah BUMN seperti Pertamina, Bulog, ID Food, Kimia Farma, PT Pos Indonesia, hingga Telkom.
Namun, kata Nata, kerja sama baru berjalan setelah koperasi memiliki modal, yang disalurkan melalui Bank Himbara, dalam hal ini Bank Syariah Indonesia (BSI).
“Sekarang sudah ada aturan dari Menteri Keuangan. Koperasi bisa mengajukan pembiayaan ke BSI untuk gerai masing-masing desa. Begitu modal ada, koperasi bisa beli barang-barang itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, kesalahpahaman muncul karena pengurus koperasi mengira barang-barang display adalah hibah. “Itu hanya contoh. Misalnya LPG, tabungnya milik agen. Kalau kosong dan belum dibeli, tentu diambil kembali. Setelah ada modal, koperasi beli sendiri,” kata dia.
Diskopukmdag juga menegaskan tidak menutup KDMP Lamteh. Menurut Nata, keberlangsungan koperasi sangat bergantung pada peran aktif pengurus dan anggota.
“Kalau pengurus proaktif, koperasi bisa jalan lagi. Kami hanya melakukan pembinaan, keputusan tetap ada di anggota,” tegasnya.
Saat ini, dua koperasi percontohan lain, yakni di Gampong Jawa dan Geuceu Komplek, sudah lebih dulu mengajukan pembiayaan ke BSI.
“Jadi jangan salah paham. Barang yang dipajang hanyalah mock-up. Setelah masa contoh selesai, koperasi harus membeli barang sendiri untuk operasional,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, Koperasi Desa Merah Putih (KDMP) Syar’iah Gampong Lamteh, Kecamatan Ulee Kareng, Banda Aceh, yang digadang-gadang jadi koperasi percontohan di Aceh, terpaksa berhenti beroperasi beberapa hari setelah diresmikan pada 21 Juli 2025.
Padahal, seminggu sebelum peresmian, koperasi ini sempat mendapat dukungan penuh dari sejumlah BUMN seperti Pertamina, ID Food hingga Bulog. Berbagai barang dagangan seperti gas LPG subsidi 3 kilogram, beras SPHP, hingga minyak goreng MinyaKita, dipasok untuk mendukung operasional koperasi.
Namun, tiga hari setelah launching, seluruh barang dagangan justru ditarik kembali satu per satu. Mulai dari Pertamina yang menarik kembali gas 3 kilogram. Padahal, menurut Ketua KDMP isi tabungnya sudah dibayar oleh pengurus koperasi.
“Waktu peresmian, semua pihak bilang mendukung penuh, tapi nyatanya tiga hari setelah launching tiba-tiba Pertamina tarik balik. Supir yang datang hanya bilang ada perintah dari pimpinan, tanpa surat resmi. Padahal isinya saya yang beli, tapi memang tabungnya punya mereka,” kata Ketua KDMP Lamteh, Nurkhalis.
Hal serupa terjadi pada barang-barang dari ID Food. Nurkhalis menceritakan, sehari sebelum penarikan, pihak marketing perusahaan mengatakan instruksi dari perusahaan agar seluruh barang harus ditarik jika koperasi tidak membeli secara tunai di muka.
“Saya bilang dari awal, koperasi ini tidak punya modal. Kalau aturan perusahaan begitu ya sudah tarik saja. Namun terlepas dari itu, perjanjian dari awal kan support untuk koperasi, kok tiba-tiba ditarik,” ujarnya.
Ia mengatakan, barang dari Bulog sempat bertahan sedikit lebih lama, tetapi stok beras SPHP akhirnya ikut ditarik dengan alasan kualitasnya jadi tidak bagus jika disimpan terlalu lama.***